ORANG PERCAYA DAN MURID YESUS

Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini.
Titus 2:11-12

Surat Titus ini ditulis oleh Rasul Paulus kepada Titus, seorang yang dipercaya untuk menggembalakan jemaat di Pulau Kreta, yang menolong Paulus untuk mengerjakan tugas penggembalaan di sana. Di Pulau Kreta ini, Titus diberi tugas untuk memilih para penatua jemaat, orang-orang yang akan memimpin jemaat; orang-orang yang akan melayani gereja di sana. Namun, kalau melihat dari latar belakangnya, orang-orang Kreta ini dikenal sebagai: Pembohong, binatang buas, dan pelahap yang malas (Titus 1:12). Ini mengindikasikan bagi kita betapa hidup orang-orang Kreta itu ada dalam keadaan yang buruk, ada dalam kebiasaan-kebiasaan yang jauh dari ideal untuk menjadi orang-orang yang bisa melayani jemaat di dalam gereja yang sedang Paulus dan Titus layani ini. “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata” (ay.11), hal itulah  yang menjadi dasar paling penting bagi perubahan hidup di dalam diri orang-orang Kreta ini, yaitu ada tindakan Tuhan yang sedemikian besar. Ada kasih karunia Allah yang sudah didemonstrasikan, yang membereskan persoalan paling besar di dalam diri manusia yaitu keberdosaannya. Dan itu berlaku juga kepada orang-orang Kreta ini.

Menjadi seorang percaya kepada Kristus adalah langkah awal dalam kehidupan Kekristenan, tetapi menjadi murid Yesus adalah panggilan yang lebih dalam. Seorang percaya mungkin menerima keselamatan, tetapi seorang murid adalah mereka yang berkomitmen untuk hidup meneladani Yesus setiap hari.

Bagaimana dapat membedakan antara orang percaya dan murid Yesus?

Orang percaya melihat salib, tetapi murid memikul salibnya. Orang percaya menaati Tuhan jika itu menguntungkan, tetapi murid menaati Tuhan tanpa peduli hasilnya. Orang percaya hanya ingin masuk surga, tetapi murid mengejar upah kekal. Orang percaya berdoa hanya saat ada masalah, tetapi murid berdoa setiap saat. Orang percaya melihat gereja sebagai tempat ibadah, tetapi murid melihat dirinya sebagai gereja yang hidup. Orang percaya menerima Yesus, tetapi murid mewakili Yesus di dunia ini. Dari perbedaan ini, jelas bahwa murid Yesus tidak hanya sekadar percaya, tetapi juga meneladani dan hidup sesuai ajaran-Nya.

Saudaraku, sebagai murid Kristus, kita tidak dipanggil untuk hidup sesuka hati, melainkan untuk hidup dalam kasih karunia Tuhan yang mendidik dan membimbing kita. Titus 2:11-14 mengatakan bahwa Kasih karunia Allah telah nyata untuk menyelamatkan kita.” Namun, kasih karunia bukan hanya tentang pengampunan dosa, tetapi juga mendidik kita untuk hidup benar di hadapan Tuhan. Banyak orang salah memahami Kasih karunia sebagai izin untuk hidup bebas tanpa batasan, padahal Kasih karunia adalah kuasa Allah yang memampukan kita untuk hidup kudus dan melakukan kehendak-Nya. Hidup di dalam kasih karunia berarti hidup dalam didikan Tuhan yang mengarahkan kita untuk semakin serupa dengan Kristus.

Menjadi murid Yesus bukanlah sekadar memiliki gelar “Kristen,” tetapi benar-benar menjalani proses didikan Tuhan. Ada tiga hal utama yang Tuhan ajarkan kepada murid-Nya: 

1. Supaya kita meninggalkan kefasikan (Titus 2:12)

Alkitab menyebut “orang fasik” sebagai orang yang terpisah dari Tuhan. Kefasikan adalah keadaan tercemar oleh dosa. Menjadi fasik berarti bertindak dengan cara yang bertentangan dengan sifat Tuhan, secara aktif menentang Tuhan dalam ketidaktaatan, atau mengabaikan Tuhan secara tidak hormat. Orang fasik adalah orang yang gagal menghidupkan firman Tuhan di dalam kehidupan sehari-harinya.

2. Meninggalkan Keinginan Duniawi (Titus 2:12)

Wajar jika manusia memiliki keinginan, tetapi sering kali kita lebih fokus mengejar dunia daripada mengejar Tuhan. 1Yohanes 2:17 berkata, “Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.”

Sebagai murid Kristus, kita belajar memprioritaskan kehendak Tuhan di atas segalanya.

3. Supaya kita hidup dalam hikmat (Titus 2:12)

Memiliki hikmat lebih penting daripada sekadar memiliki pengetahuan. Seseorang bisa saja pintar, tetapi tanpa hikmat, ia tetap bisa jatuh dalam dosa dan keputusan yang salah. Hikmat ini berbeda dari pengetahuan sekalipun keduanya berkaitan erat. Orang tidak mungkin memiliki hikmat tanpa pengetahuan tapi orang yang mempunyai pengetahuan belum tentu berhikmat. Karena itu berpengetahuan saja belumlah cukup sehingga dibutuhkan hikmat karena hikmat adalah penerapan praktis dari pengetahuan-pengetahuan yang bersifat teoritis. Misalnya pengetahuan mengajarkan bahwa kita harus mendidik anak tetapi hikmat mengajarkan bagaimana caranya mendidik anak. Pengetahuan mengajarkan bahwa kita harus menegur orang yang bersalah tetapi hikmat mengajarkan bagaimana caranya menegur itu. Pengetahuan mengajarkan kita tidak boleh boros, sebaliknya harus hemat tetapi hikmat memberi tahu kita bagaimana cara berhemat. 

Percaya Saja Tidak Cukup, Kita Harus Meneladani!
Percaya Kepada Yesus Adalah Awal dari Perjalanan Iman,
Tetapi Menjadi Murid Yesus Berarti Menjalani Hidup yang Benar-benar Menyerupai Dia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *