IMANUEL

“…Sampai maut memisahkan kita,” itulah sepenggal kalimat dari janji nikah yang biasanya diucapkan seseorang kepada pasangannya. Kebersamaan dengan pasangan berakhir ketika salah satu meninggal. Demikian pula kebersamaan seorang anak dengan orangtuanya, pada umumnya seorang anak yang sudah berusia tujuh belas tahun, ia dianggap sudah dewasa dan dapat hidup mandiri serta lepas dari orangtuanya. Hal ini terlihat jelas pada budaya Barat, berbeda dengan budaya Timur, terkadang seorang anak yang sudah menikahpun masih tinggal bersama dengan orangtuanya. Namun apapun kondisinya, tentu kebersamaan – entah itu orangtua dengan anak ataupun suami dengan istri – ada batas akhirnya.

Kata “Imanuel” berasal dari bahasa Ibrani yang terdiri dari dua kata, yakni El, artinya “Allah” dan Immanu, artinya “beserta kita”. Jadi kata Imanuel berarti Allah beserta kita. Kata Imanuel hanya muncul tiga kali dalam Alkitab baik dalam perjanjian Lama (Yesaya 7:14 & 8:10) maupun perjanjian Baru (Matius 1:23). Ketiganya merujuk pada nama yang diberikan untuk Yesus Kristus.

Memang secara manusiawi, kehidupan Yesus dalam dunia hanya tiga puluh tiga setengah tahun saja, dan dalam masa itupun Yesus tidak selalu bersama-sama dengan orangtua-Nya. Akan tetapi arti Imanuel lebih kepada Yesus sebagai Allah, di mana penyertaan-Nya itu untuk selama-lamanya bagi setiap orang yang dikasihi-Nya (Mazmur 37:28), bahwa Ia akan menjaga hidup kita sampai selama-lamanya (Mazmur 121:8) dan bahkan kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan walaupun maut telah merenggut nyawa kita, namun roh kita akan selama-lamanya bersama Tuhan (1 Tesalonika 4:17b).

Seandainya kita mengerti arti yang benar dari penyertaan Tuhan, niscaya kita akan tetap teguh dan tabah dalam menghadapi persoalan hidup yang menerpa kita. Semakin kita menyadari akan penyertaan Tuhan dalam hidup kita, maka kita tentu tidak akan menyerah dengan kondisi sulit yang kita alami, apapun itu – seperti saat kita ditinggalkan oleh orang yang kita kasihi – sebab yang penting adalah Yesus Kristus tidak pernah meninggalkan kita.Ia adalah Allah yang Mahatahu dan Mahabijak, jalan-Nya tidak pernah salah meskipunpada waktu kita mengikuti-Nyaada banyak kesulitan hidup yang kita alami. Memang harus kita akui bahwa saat kesulitan atau kegagalan hidup serta rentetan musibah datang menimpa kita dan keluarga, kita sulit mengerti apa arti penyertaan Tuhan itu, tetapi percayalah bahwa Ia baik dan masih tetap menyertai kita, Ia tidak pernah menginggalkan kita.

Biarlah melalui peristiwa Natal ini kita boleh diingatkan kembali bahwa janji Allah untuk menyertai umat-Nya telah tergenapi dalam Yesus Kristus sang Imanuel. Selamat hari Natal.

Anda yang pernah merasa ditinggalkan, ingatlah pada sang Imanuel.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *