Yesaya 6:3: “Yang hatinya teguh Kau jagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.”
Kita semua tentu tidak akan lupa bahwa kita telah memasuki kurang lebih tiga perempat tahun bersama dengan virus Corona dan dampak dari pandemi yang terjadi di tahun 2020 ini, bukan? Goncangan dan tekanannya yang mendadak dan luar biasa, membuat haru biru hati dan kehidupan kita. Ada yang marah, ada yang kecewa, ada yang putus asa, bahkan ada juga yang sampai kehilangan kewarasannya.
Tanggal 9 Oktober yang lalu, dari dinas PDSKJI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia) memberikan info bahwa dalam masa pandemi ini terjadi peningkatan orang yang depresi sebanyak 57,6%. Seorang dokter ahli jiwa mengatakan bahwa salah satu penyebab seseorang depresi adalah karena ia merasa panik dan merasa tidak memiliki teman atau orang terdekat yang bisa ia jadikan pegangan untuk bisa tetap berdiri tegak dalam menghadapi badai kehidupannya. Dan yang terjadi kemudian adalah bahwa orang yang depresi itu kemudian menjadi orang yang invalid, karena umumnya mereka terganggu mental dan pikirannya.
Kondisi seperti itu, tentu bukan yang Tuhan inginkan dalam kehidupan anak-anak-Nya. Tuhan ingin dalam menghadapi situasi dan kondisi apapun dan seberat bagaimanapun, kita bisa menjadi orang yang tetap kuat dan waras (KBBI, arti kata Waras adalah: Sehat-sembuh, sehat rohani {mental dan ingatan}, yang disingkat menjadi: Sehat lahir dan batin), bahkan bisa menjadi berkat bagi orang lain.
Secara manusia mungkin sukar, tetapi kita bisa belajar pada kehidupan seorang pemuda usia 17 tahun dalam Kitab Suci. Pemuda yang tadinya memiliki kehidupan yang enak karena kehidupannya dilimpahi oleh kasih dari bapanya melebihi saudara-saudaranya. Tetapi kemudian pemuda itu secara mendadak harus menanggung goncangan dan tekanan hidup yang begitu berat, yaitu selama 13 tahun ke depan ia harus hidup sebagai budak belian di negara orang dan kemudian hidup lama dalam tahanan (Kejadian 37, 39-41). Bahkan dalam Mazmur 105:17-18 mengatakan: Saat dijual menjadi budak, ia berangkat dengan kaki yang terhimpit oleh belenggu dan lehernya masuk dalam besi.
Sebagai seorang pemuda yang biasa hidup enak dan mungkin bercita-cita ingin memiliki kehidupan yang nyaman, bisa memuaskan seluruh kehidupan masa mudanya dalam kehangatan keluarganya, lalu ternyata tiba-tiba semuanya menjadi hancur luluh lantak, pasti akan menimbulkan shock yang berat. Dalam kepanikan dan kesendiriannya, Ia bisa saja menjadi marah berat, kecewa berat, putus asa hebat, bahkan bisa jadi ia akan kehilangan kewarasannya.
Tetapi Kitab Suci mengatakan dalam Kejadian 50:20, bahwa pemuda ini bisa menerima semua yang terjadi kepadanya, bahkan ia menganggap bahwa semua itu adalah merupakan suatu anugerah Tuhan bagi dia, bagi saudara-saudara yang telah menjahatinya, bahkan anugerah bagi bangsanya? Apa yang membuat pemuda ini bisa mengalami kehidupan yang luar biasa seperti itu? Jawabannya adalah karena dia percaya penuh kepada Tuhannya dan ia selalu merasa Tuhan ada untuknya. Dalam setiap masalah, pemuda ini selalu percaya akan adanya Tuhan dan pertolongan Tuhannya (Kejadian 39:9; 40:8; 41:16). Dan dari pihak Tuhan sendiri, bagi orang yang hatinya teguh percaya kepada Tuhan, ia akan dikarunia damai sejahtera yang melampaui akal manusia (Filipi 4:7), sehingga seberat apapun dan selama apapun goncang dan tekanan yang harus pemuda ini alami, ia bisa tetap tenang, tetap kuat dan tetap waras, bahkan menjadi berkat.
Melihat kehidupan pemuda ini (Yusuf anak Yakub), seharusnya bisa menjadi cerminan kehidupan kita saat ini. Sudah berapa lama dan seberapa berat goncangan dan tekanan yang telah kita alami selama masa pandemi ini, mungkin belum sampai sepersepuluh bagian dari beratnya penderitaan Yusuf. Kalau Yusuf bisa melewati penderitaannya sedemikian rupa dengan tetap kuat dan waras, bahkan masih bisa menjadi alat Tuhan yang memberkati banyak orang, biarlah kitapun akan belajar pada Yusuf: Tetap memiliki hati yang teguh percaya pada Yesus Tuhan yang hidup.
Dia – Sang Raja Damai – yang telah lahir untuk kita, yang pasti akan mengaruniakan juga damai sejahtera-Nya yang melampaui akal bila kita memiliki hati yang teguh percaya kepada-Nya. Bersama dengan Allah Bapa dan Roh Kudus, kita juga akan dimampukan untuk bisa hidup tetap kuat dan waras, bahkan bisa menjadi berkat buat banyak orang lain, meskipun kita ada dalam penderitaan dan kesusahan.
Mari percayakan kehidupan kita pada Tuhan yang mengendalikan seluruh alam semesta, yang juga telah berkata dalam Yeremia 29:11: “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
Kalau Tuhan mengatakan: Ia mengetahui rancangan-rancangan damai sejahtera bagi kita, Ia juga pasti sangat tahu bagaimana menggenapkannya dalam kehidupan kita. Yang perlu dari kita hanya satu: Miliki hati yang teguh percaya pada-Nya. Seberat dan selama apapun pandemi dan dampaknya masih akan kita alami, kuatkan hati kita dengan percaya bahwa semuanya akan berakhir dengan damai sejahtera, karena ada Tuhan yang begitu mengasihi kita yang mengendalikan semuanya dan kita tidak sendirian dalam menghadapi semua yang sedang dan akan terjadi.
Biarlah dalam permohonan akhir tahun nanti, sisipkan doa untuk Tuhan memberikan kita hati yang lebih teguh lagi untuk percaya kepada-Nya. Mari kita songsong tahun yang baru dengan hati yang penuh pengharapan, karena Ia akan memberikan hari depan yang penuh dengan harapan. Amin
Selamat Hari Natal 2020 dan Tahun Baru 2021
Kedamaian sejati berawal dari mengetahui bahwa Tuhan yang dahsyat dan penuh kasih memegang kendali atas hidup kita dan seluruh alam semesta.