Keluaran 12:13a
“..Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu…”
Paskah pertama bukan sekadar kisah pembebasan, tetapi momen penentu antara hidup dan mati. Dalam Keluaran 12, Tuhan memerintahkan umat Israel untuk menyembelih seekor anak domba yang tidak bercacat, dan mengoleskan darahnya pada ambang atas dan kedua tiang pintu rumah mereka. Malam itu, malaikat maut akan melewati Mesir dan membunuh anak sulung di setiap rumah yang tidak memiliki tanda darah tersebut. Yang menyelamatkan bukanlah silsilah, usia keimanan, atau keberanian seseorang, yang menyelamatkan hanyalah tanda darah itu. Mereka yang beriman dan taat, menunjukkan tanda darah di pintu rumah mereka, dan Allah berfirman: “Apabila Aku melihat darah itu, Aku akan lewat dari padamu.” Inilah asal mula kata “Passover” atau “Paskah” yaitu ketika murka Allah “melewati” umat-Nya karena ada penebusan yang dinyatakan melalui darah.
Paskah dalam Perjanjian Lama adalah bayangan dari Paskah sejati yang digenapi dalam Kristus. Yohanes Pembaptis berseru, “Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia!” (Yohanes 1:29). Yesus Kristus adalah penggenapan dari anak domba Paskah, yang tidak hanya menyelamatkan dari kematian jasmani, tetapi dari kematian kekal. Darah-Nya tercurah bukan pada tiang pintu rumah, tetapi di atas kayu salib, dan siapa pun yang bernaung di bawah kasih dan karya salib itu, tidak akan binasa.
Paskah adalah bukti bahwa keselamatan adalah anugerah. Tidak ada seorang pun yang layak, tetapi setiap orang yang percaya dapat menerima. Dalam darah Kristus, kita mendapati pembenaran, pengampunan, dan pendamaian dengan Allah. Rasul Paulus menulis, “Kristus adalah Paskah kita yang telah dikorbankan untuk kita” (1 Korintus 5:7b). Itu berarti, salib bukan hanya simbol penderitaan, tetapi pintu kehidupan baru.
Darah Kristus menyatakan sebuah kebenaran yang agung dan kekal: bahwa seluruh dosa kita telah ditanggung di tubuh-Nya yang tersalib; bahwa hutang dosa yang memisahkan kita dari Allah telah dibayar lunas; bahwa murka ilahi atas kejahatan telah dipuaskan oleh kasih yang tak bersyarat, dan bahwa jalan kepada Bapa kini terbuka lebar bagi setiap orang yang percaya. Dalam darah itulah kita tidak hanya dibersihkan, tetapi dimeteraikan sebagai umat Perjanjian Baru. Maka Paskah bukan hanya mengenang kematian, melainkan merayakan kehidupan yang telah dibuka oleh darah yang mengalir dari salib. Di balik kegelapan penderitaan, bersinar terang keselamatan yang tidak tergoyahkan oleh waktu atau dosa mana pun. Dosa telah ditanggung, hutang telah dibayar lunas, murka Allah telah dipuaskan, dan jalan kepada Bapa telah dibukakan. Inilah dasar dari pengharapan kita, dan sumber dari sukacita kita yang sejati di dalam Kristus.
Inilah makna terdalam Paskah: di balik kegelapan salib, bersinar terang keselamatan. Allah tidak menunggu kita layak. Ia datang, Ia menyerahkan Anak-Nya, dan Ia berkata: “Barangsiapa percaya kepada-Nya tidak akan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Renungkanlah, sudahkah darah Kristus menjadi tanda yang hidup atas diri kita? Bukan hanya secara simbolik, tetapi secara nyata dalam karakter, keputusan, dan cara hidup kita sehari-hari? Apakah kita hidup sebagai umat yang telah ditebus? Atau kita tetap mengandalkan kekuatan sendiri dan hidup dalam bayang-bayang masa lalu? Mari kita meresponi Paskah ini dengan pertobatan sejati, iman yang teguh, dan hidup yang bersaksi tentang kasih Kristus yang telah mencurahkan darah-Nya. Amin.
“Darah di tiang pintu menyelamatkan dari maut satu malam.“
“Darah di kayu salib menyelamatkan dari maut untuk selamanya.”