PETRUS DAN YUDAS

“Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup. Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan ‘hari ini’, supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa.”
Ibrani 3:12-13

Di tengah maraknya Artis Indonesia yang meninggalkan iman kekristenan dan berpindah agama, banyak netizen (warga Indonesia) yang melabeli para artis tersebut sebagai Yudas. Mereka dicap sebagai seorang pengkhianat Yesus masa kini. Ya… mungkin ini salah satunya disebabkan oleh film The Last Supper yang menyoroti Petrus dan Yudas. Tetapi, ada banyak hal yang sebenarnya bisa kita pelajari dari fenomena ini.

1. Petrus dan Yudas itu sama-sama menghianati Yesus (Luk. 22:61-62, Mat. 26:14-16). Yang membedakan mereka adalah respon mereka ketika mereka menyadari kesalahan mereka (Mat. 27:3-5, Yoh. 21:15-17). Lantas, mengapa orang-orang yang meninggalkan iman mereka dilabeli sebagai Yudas? Padahal mungkin saja pada suatu waktu, di masa depan, mereka kembali lagi percaya Yesus.

2. Coba kita ingat kembali moment di mana Petrus bertemu kembali dengan Yesus yang telah bangkit dari kematian. Apakah Yesus berkata: “Dasar penghianat kau!?” Yang dilakukan Yesus justru mendorong Petrus untuk kembali menjadi penjala manusia, dan bukannya menjadi penjala ikan (Yoh. 21:15-17). Ketika kita melabeli mereka yang pindah agama sebagai penghianat, apakah kita sudah melakukan seperti yang Yesus lakukan? Apakah dengan kita melakukan hal tersebut, itu akan membuat mereka bertobat dan pindah kembali ke kekristenan? Melabeli mereka sebagai penghianat justru akan semakin meyakinkan mereka bahwa mereka telah memilih keputusan yang tepat, karena mereka akan melihat tidak ada kasih dari orang-orang Kristen.

3. Pernahkah kita coba memikirkan kondisi apa yang dialami mereka, sehingga mereka harus berpindah agama? Apakah mereka punya komunitas orang seiman yang menjadi tempat mereka bisa berbagi pergumulan? Seharusnya kejadian ini menjadi refleksi bagi kita, bahwa kita seharusnya semakin giat mendoakan, menginjili, dan memuridkan orang-orang di luar sana. Berita terkini mengatakan bahwa populasi orang beragama Kristen di Indonesia mulai menurun. Ini bukan tentang kuantitas, tetapi tentang melakukan Amanat Agung Yesus.

4. Kita mengukur penghianatan seseorang hanya dari agama saja. Padahal, ada banyak sekali orang Kristen yang bukan sungguh-sungguh pengikut Kristus. Ini juga termasuk bentuk “penghianatan”. Ada banyak orang yang hanya sekadar KTP-nya Kristen, tapi ke gereja hanya saat Paskah dan Natal. Ada banyak orang Kristen yang ke gereja hanya sekadar formalitas, tapi tidak benar-benar terhubung dengan Tuhan. Tahun-tahun berlalu dan tidak ada buah yang dihasilkan dari kehidupan mereka. Kehidupan yang mereka jalani tidak ada bedanya dengan orang-orang yang tidak percaya Yesus. Orang-orang yang demikian, sejatinya bukanlah orang percaya, karena orang percaya pasti akan bertumbuh dan berbuah (Yoh. 15:1-2, Yak. 2:17).

Apakah kamu juga seperti itu? Saya berharap tidak, tetapi jika iya, teguran ini adalah undangan bagi kita untuk kembali hidup bagi Dia.

Kiranya tulisan ini boleh jadi perenungan bagi kita semua.
Soli Deo Gloria.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *