I Korintus 3:10-11
Sekitar akhir bulan maret 2025, negara Myanmar dilanda gempa bumi dengan kekuatan besar mencapai 7,7 SR. Tidak hanya negara ini, negara tetangga Thailand pun terkena dampak akibat bencana ini. Ada banyak bangunan tinggi yang roboh akibat gempa ini, bahkan diperkirakan sekitar 3000 jiwa meninggal dunia. Bicara mengenai gedung, tentunya sang arsitek menghitung dengan teliti berkaitan dasar yang harus dibangun, material apa yang diperlukan, bahkan seberapa dalam fondasi yang diperlukan untuk menopang agar kemudian ketika gedung berdiri tidak mudah goyah bahkan roboh ketika ada goncangan termasuk gempa bumi. Bukankah hidup kita pun sama? Kita ibarat sebuah bangunan, seberapa dalam fondasi iman kita, menentukan seberapa kuat kehidupan kita, khususnya ketika berbagai goncangan datang melanda. Hari-hari ini pun kita diperlihatkan dengan fenomena dimana ada beberapa orang, khususnya para selebriti yang kemudian dengan terang-terangan mengakui dirinya sudah tidak lagi menjadi pengikut Kristus, alias pindah keyakinan ke agama lain. Kita tidak tahu pergumulan apa yang sebenarnya sedang dihadapi, namun kita bisa melihat bahwa *goncangan iman itu nyata dan itu pun bisa melanda setiap kita orang-orang percaya.
Dalam surat yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, ia ingin mengingatkan bahwa goncangan iman itu akan selalu ada, dan harapannya adalah agar setiap orang yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus punya dasar yang benar, yang kuat, sehingga apapun tantangan dan rintangan yang ada, tidak membuat kita akhirnya meninggalkan iman kita kepada Dia. Kita akan belajar dari I Korintus 3:10-11: “Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.” Paulus bersama dengan rekan-rekannya merintis jemaat ini, namun dalam perjalanan Paulus melihat beberapa tantangan, mulai dari jemaat yang kompromi dengan dosa, terjadi perpecahan, bahkan mereka yang menjadikan beberapa pemimpin sebagai ‘tuhan’ atau idola mereka, kekuatan mereka. Sehingga dalam surat ini Paulus sangat berharap, jemaat Korintus kembali ke dasar yang benar, dasar yang kuat (I Kor 2:4-5).
Pertama, Paulus ingin mengingatkan bahwa dasar yang benar adalah iman di dalam Yesus Kristus. Jemaat Korintus ternyata lebih mengagungkan hamba Tuhan daripada Tuhan, lebih mengidolakan pemimpinnya daripada Tuhan-nya. Ada Apolos, ada Kefas, termasuk ada Paulus disana, mereka menjadikan para pemimpin sebagai kekuatan, dan mereka merasa golongan merekalah yang paling utama, yang paling hebat. Namun Paulus dengan tegas menyampaikan bahwa mereka, yakni para pemimpin hanyalah alat Tuhan, pemimpin adalah pelayan Tuhan, yang utama harus tetap Yesus Kristus.
Kedua, Injil adalah dasar yang benar. I Kor 1:18-28 menjelaskan tentang orang-orang yang memutarbalikkan kabar Injil. Mereka menganggap hal bodoh ketika seseorang percaya kepada Kristus, secara khusus kepada karya Kristus di kayu salib. Bagi mereka mustahil Allah jadi manusia, mati, bahkan bangkit. Namun yang bodoh bagi dunia, justru bagi kita Injil Kristus adalah kekuatan Allah. Injil yang benar yakni Allah hadir ke dunia, Ia mati untuk menebus dosa, Ia dikuburkan, namun Ia bangkit pada hari ketiga, sesuai dengan Firman Allah (I Korintus 15:3-4). Ini yang menjadi kekuatan para rasul saat mereka memberitakan Injil ke berbagai tempat, bahkan mereka mati demi Injil.
Bagi kita di hari ini, ada banyak pengetahuan, pengajaran, bahkan para pengajar yang berusaha menjauhkan kita dari Kristus, bahkan memutarbalikkan Injil yang benar, mari kita kembali kepada dasar iman yang benar, yakni iman yang teguh di dalam Kristus, dan mengakui kematian dan kebangkitan Kristus sebagai kekuatan iman kita, sehingga goncangan apapun tidak mudah membuat kita lemah bahkan kandas iman kita, Tuhan Yesus memberkati.
selidiki aku
lihat hatiku
apakahku sungguh mengasihiMu Yesus
Kau yang Maha Tahu
dan menilai hidupku
tak ada yang tersembunyi bagiku