Selamat tahun baru 2024 bagi kita semua. Kalau kita ditanya tentang perasaan apa yang mendominasi momen natal dan tahun baru, saya cukup yakin kalau jawaban kita semua adalah “sukacita”. Padahal kenyataannya, mungkin ada banyak orang yang sebenarnya mengalami hal yang sebaliknya. Saya masih ingat pada saat Natal 2022, selama ibadah saya mencoba bertahan dari nyeri lambung dan anxiety disorder, dan ketika setelah ibadah ke-1 selesai, saya bergegas pulang dan hanya bisa berbaring lemas. Pada awal tahun 2023, di saat beberapa jemaat menyaksikan kebaikan Tuhan, saya merasa sedih bercampur kesal karena mempertanyakan kenapa Tuhan memberi mukjizat kepada mereka dan tidak untuk saya. Di saat yang lain mengawali awal tahun dengan sukacita, saya dan mungkin juga Anda yang sedang membaca renungan inipun mengalami dukacita karena penyakit, utang atau masalah rumah tangga dan lain sebagainya.
Kalau kita mencoba merenungkan kisah kelahiran Yesus ke dunia, Alkitab mencatat di Matius 2:13-18 bahwa kisah tersebut tidak sepenuhnya dihiasi oleh suasana sukacita. Kenyataannya, ada bayi yang harus mati karena amarah dan kekhawatiran Herodes akan kedatangan Mesias (Raja baru), sehingga Yusuf sekeluarga harus melarikan diri dan bersembunyi agar bisa selamat. Ini adalah sebuah kisah yang membuat kita bertanya-tanya mengapa cerita pilu ini harus dimasukkan ke dalam Alkitab? Bukankah akan lebih menyenangkan jika kisah kelahiran Yesus cukup dihiasi oleh cerita penuh tawa dan senyum.
Saya pikir cerita ini justru mengundang kita semua untuk terbuka melihat kenyataan dunia, bahwa hidup tidak selalu menyenangkan. Ada kalanya kita di atas, menikmati dan mensyukuri apa yang sudah Tuhan beri dalam hidup kita. Ada kalanya kita di bawah, meratapi kondisi hidup kita. Kalau Anda sedang berada di posisi atas, bersyukurlah! Pujilah Dia dan berilah diri lebih untuk Kerajaan-Nya! Tetapi kalau Anda sekarang sedang berada di bawah, saya mau katakan bahwa masih ada pengharapan buat Anda. Penderitaan atau masalah yang dialami oleh orang-orang percaya selalu memiliki ujung yang indah. Tuhan selalu mengerjakan hal baik dari segala hal buruk itu bagi setiap orang yang mengasihi-Nya.
Kalau kita coba telusuri Matius 2:18, kita akan menemukan catatan kaki yang merujuk pada Yeremia 31:15 yang berbunyi “Beginilah firman Tuhan: Dengar! Di Rama terdengar ratapan, tangisan yang pahit pedih: Rahel menangisi anak-anaknya, ia tidak mau dihibur karena anak-anaknya, sebab mereka tidak ada lagi.”
Menurut tafsiran, Rahel (“Ibu” dari bangsa Israel) dikuburkan di Rama. Dan ketika pembuangan Israel terjadi, mereka melintasi tanah tempat Rahel dikuburkan. Ayat ini ingin berkata bahwa Rahel menangis ketika melihat “anaknya” harus pergi. Tetapi Yeremia 31 tidak berakhir pada ayat ini. Jika kita membaca lebih jauh, Yeremia 31:31 berbunyi “Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah Firman Tuhan, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda.”
Ada sebuah janji pengharapan yang Tuhan sediakan bagi bangsa Israel. Tidak selamanya Israel akan berada dalam pembuangan. Tidak selamanya Allah membuang Israel. Jika kita mengira bahwa kesedihan kita akan berlangsung selamanya, itu salah besar. Percayalah, bahwa Tuhan akan menyatakan kebaikan dan kebesaran-Nya bagi kita. Tugas kita adalah tetap beriman dan percaya bahwa Tuhan baik, dan rencana-Nya indah pada waktu-Nya.Di awal tahun 2024 ini, apakah saya sudah sembuh? Jawabannya belum. Tetapi saya terus belajar untuk percaya dan bersukacita. Terus memandang salib Kristus dan tetap percaya akan janji-Nya dalam kehidupan saya, sekalipun saya belum melihatnya. Kiranya renungan dan kesaksian saya menjadi berkat bagi kita semua. Soli Deo Gloria.
Bersukacitalah, bukan karena keadaan, tetapi karena apa yang telah
Dia kerjakan dan yang akan Dia kerjakan.