“Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.”
(Pengkhotbah 1:14)
Rutinitas pada dasarnya merupakan sesuatu yang baik. Kita memerlukannya ketika ingin membangun suatu kebiasaan baik, seperti: Bangun pagi, berolah raga, saat teduh dan sebagainya. Rutinitas juga membantu kita terbiasa dalam melakukan sesuatu, meningkatkan jam terbang dan semakin ahli dalam melakukannya. Misalnya: Seorang koki pemula tentunya perlu rutin memasak atau pilot yang baru belajar menerbangkan pesawat perlu mendapatkan banyak kesempatan untuk terbang.
Namun di sisi lain, rutinitas juga sering menimbulkan kejenuhan dan kebosanan dalam hidup kita. Hal ini disebabkan karena kita kehilangan hasrat, tujuan atau makna seiring dengan terlalu sering kita melakukannya. Hal serupa juga dapat terjadi dalam kehidupan kita. Ada banyak orang yang menjalani kehidupan dengan penuh kehampaan dan hilang arah karena tidak tahu tujuan hidupnya, sehingga mereka berpikir bahwa hidup itu tidak ada gunanya. Inilah yang dimaksudkan oleh penulis kitab Pengkhotbah sebagai sebuah kesia-siaan atau usaha menjaring angin.
Jika betul Salomo adalah penulis kitab Pengkhotbah, maka ini sebuah hal yang mencengangkan. Salomo dikatakan sebagai orang paling kaya pada zamannya dan memiliki istri dan selir yang begitu banyak. Ia telah melakukan segala hal yang manusia dambakan dan dalam perenungannya setelah itu, dia berkesimpulan bahwa semua hal tersebut merupakan sebuah kesia-siaan karena pada akhirnya, semua itu akan lenyap ketika kita meninggal dunia.
Lalu, apa yang harus kita lakukan? Banyak orang akhirnya lebih memilih untuk menghabiskan seluruh hidupnya untuk melakukan segala hal yang ia inginkan. Istilah yang menggambarkan kejadian ini adalah YOLO (You only live once). Tetapi, sebagai orang Kristen kita tahu bahwa ada keputusan lain yang lebih baik daripada hal itu. Ada sebuah lagu yang berkata: “Hidup ini adalah kesempatan”. Untungnya, syair lagu tersebut tidak berhenti di sana. Karena jika ya, maka kita akan membenarkan tindakan YOLO tersebut. Syair berikutnya adalah: “Hidup ini untuk MELAYANI TUHAN”. Hidup ini harus kita manfaatkan sebaik mungkin untuk melayani Tuhan.
Ini sesuai dengan kesimpulan Salomo di akhir kitab Pengkhotbah yang menyatakan bahwa: “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kau katakan: “Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!” (Pengkhotbah 12:1). Salomo berpendapat bahwa hidup ini hanya akan benar-benar bermakna ketika kita mengarahkan hidup kita sepenuhnya kepada Allah. Kenikmatan hidup akan kita peroleh ketika kita menikmati Tuhan dan hidup melayani Dia. Ini adalah tujuan sejati dari hidup setiap manusia. Jadi, pastikan kita menemukan tujuan hidup kita di dalam Dia dan memanfaatkan setiap hal di hidup kita sebagai sebuah kesempatan untuk melayani Tuhan.
Mari jangan sia-siakan hidup yang Tuhan berikan,
jadikanlah hidup kita berkat bagi sesama.