Beberapa hari yang lalu ketika penulis membaca sebuah renungan yang terdapat dalam sebuah buku yang berjudul “God’s Messenger in Our Time” dalam renungan tersebut ada sebuah kutipan dari seorang penulis Kristen yang bernama Craig Groeschel yang menulis buku berjudul: “The Christian Atheists”. Bunyi kutipannya sebagai berikut: “Banyak orang Kristen yang mengaku percaya pada Tuhan, Tuhan ada, tetapi tidak mau mengampuni orang yang menyakitinya; tidak berhenti khawatir dalam hidupnya; tidak berdoa; tidak mencari pimpinan Tuhan dalam setiap langkah hidupnya; yang mungkin tidak berbuat jahat, tetapi hidupnya tidak ada bedanya dengan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan, sehingga dalam hidupnya – Tuhan ada atau tidak ada – seolah tidak ada bedanya. Mereka inilah yang disebut sebagai Kristen Atheis, dan jangan-jangan, kita juga termasuk dalam kategori ini?”
Membaca penyataan yang ditulis Groeschel ini membuat penulis sempat berhenti sejenak untuk memeriksa kondisi kerohanian diri: Apakah saya juga – yang telah ikut Tuhan sekian puluh tahun; telah melayani dalam sekian banyak pelayanan – jangan-jangan tanpa disadari, sebetulnya termasuk Kristen Atheis juga?
Dalam renungan tersebut selanjutnya dituliskan, perlunya setiap orang Kristen memiliki dan mengalami Tuhan, karena kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita, seharusnya mengubah cara kita menjalani hidup ini. Asalkan kita mau mencari Tuhan, mau duduk diam memohon pimpinan-Nya, selalu bertanya kepada-Nya tentang apa yang menjadi kehendak-Nya, maka Ia akan menjawab kita. Pertanyaannya: “Apakah kita sungguh-sungguh pernah mencari kehadiran-Nya dalam hidup kita?” Padahal Allah Bapa lebih kurang 2023 tahun yang lalu telah mengirimkan Yesus Kristus Anak-Nya yang tunggal sebagai Imanuel, yang selalu menyertai hidup kita, bahkan akan menyertai kita sampai kepada akhir jaman (Matius 28:20b). Kita hanya perlu mencari-Nya, maka kita pasti akan mendapati-Nya (Matius 7:7). Renungkanlah!
Jika ternyata dalam perenungan kita, Imanuel itu belum kita alami sepenuhnya dalam diri kita, mari kita segera hampiri Dia. Dia selalu membuka tangan-Nya lebar-lebar, menunggu kita mengundang-Nya masuk dalam hati kita dan membiarkan-Nya melakukan pembaharuan yang dikehendaki-Nya, serta menjadi penuntun dalam seluruh aspek kehidupan kita. Tuhan Imanuel adalah Tuhan penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya (Keluaran 34:6). Tetapi, meskipun Dia adalah Tuhan yang penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih setia-Nya juga yang selalu setia untuk menunggu kita bertobat, namun waktu hidup kitalah yang mempunyai limit dalam meresponi kasih Allah tersebut. Jika kita tidak cepat memutuskan untuk segera meninggalkan predikat Kristen Atheis itu dalam diri kita mungkin kita akan kehilangan kesempatan itu. Sekali lagi, renungkanlah.
Seorang Kristen Atheis tidak pernah akan menemukan keselamatan
dan berkat Tuhan yang sesungguhnya.