Sola gratia berasal dari kata Latin sola (only atau alone) dan kata Latin gratia (grace). Jadi sola gratia berarti hanya oleh anugerah saja. Sedangkan arti kata anugerah dari Kamus Istilah Teologia karangan Dr. R. Soedarmo berarti sesuatu yang baik yang diberikan tanpa adanya jasa dari si penerima, malahan seharusnya si penerima dijatuhi hukuman. Karena kata gratia ini dalam konteks keselamatan, maka sola gratia berarti keselamatan hanya oleh anugerah saja. Atau dengan kata lain keselamatan merupakan pemberian Allah kepada manusia yang layak dijatuhi hukuman atas dosanya namun tetap diberi keselamatan tanpa adanya jasa dari manusia. Inilah pemahaman sola gratia dalam konteks keselamatan dalam iman Kristen.
Prinsip sola gratia atau hanya oleh anugerah sebenarnya bukanlah prinsip baru karena sudah ada sejak kehidupan manusia mula-mula yaitu Adam dan Hawa diberi nafas kehidupan oleh Tuhan Allah. Bahkan saat manusia jatuh dalam dosa, manusia diberi kesempatan hidup oleh Allah dan diberikan kulit binatang oleh Allah untuk menutupi tubuh manusia yang telanjang.
Selanjutnya dalam Perjanjian Baru prinsip anugerah dapat kita lihat dari perkataan Tuhan Yesus yang mengatakan: “Karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang” (Matius 18:11). Tulisan Paulus dalam Roma 5:8 menyatakan konsep anugerah Allah: “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa”. Kemudian Paulus menerangkan lebih jelas tentang konsep keselamatan itu dalam Efesus 2:8-9: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.
Meskipun sepertinya semua orang akan setuju perihal pandangan di atas, namun dalam praktiknya seringkali orang membangga-banggakan akan perbuatannya seperti budi baik, pelayanan ataupun pengorbanan yang dilakukannya dimana hal itu bisa ‘melebihi’ dari kasih karunia itu. Kesesatan seperti ini bukanlah mengurangi sesuatu dari Injil tetapi menambahkan sesuatu kepada Injil. Jadi Injil palsu itu pemahamannya: “Keselamatan adalah Iman + Ketaatan”. Masalah besar dengan formula ini adalah saat kita menambahkan sesuatu ke dalam karya Kristus yang sempurna, karya itu menjadi tidak sempurna. Sebab yang sudah sempurna jika ditambahkan sesuatu maka menjadi tidak lagi sempurna, bahkan penambahan tersebut menghancurkan karya Kristus yang sempurna. Galatia 2:21: “Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.” Boleh dikatakan dari ayat tadi: Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, kalau gara-gara ketaatanmu terhadap hukum, peraturan, puasa Daniel, persembahan-persembahan dan yang lain-lain, jika ada yang bisa saya dan saudara lakukan untuk mendapatkan keselamatan maka Kristus tidak perlu datang.
Jadi kalau begitu bagaimana dengan ketaatan kita melakukan Firman Tuhan? Ketaatan sejati adalah ketika kita mengatakan “Saya melakukan ini untuk-Mu, Tuhan, bukan untuk diri saya sendiri”. Berapa banyak kita melakukan ketaatan seperti ini dalam hidup kita? Firman Tuhan jelas sekali mengatakan dalam Yohanes 14:15: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku”, dan ini diulangi lagi dalam Yohanes 14:21, 23 dan 24: “Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.” Jadi wujud tindakan kita melakukan Firman Tuhan bukan supaya kita bisa masuk surga tetapi merupakan hasil dari kelahiran baru itu sendiri. Amin.
Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya.