KENYAMANAN DI BALIK POPULARITAS

1 Samuel 13:5-14

“Perbuatanmu itu bodoh. Engkau tidak mengikuti perintah Tuhan, Allahmu, yang diperintahkan-Nya kepadamu.” (1 Samuel 13:13b)

Siapa yang tidak ingin populer? Di masa kini, tawaran untuk dikenal oleh banyak orang, menjadi sebuah kebanggaan yang didambakan. Tidak heran, ada begitu banyak orang ingin dikenal secara publik agar mendapat pengakuan, sehingga meskipun kemunculannya itu merupakan sesuatu yang miskin prestasi, apapun mereka lakukan, yang penting dapat menebar sensasi. Oleh karena itu, tidak heran ada banyak orang yang rela kehilangan harga diri demi meraup popularitas.

Alkitab menjelaskan kepada kita, bagaimana kehausan pada pengakuan manusia seringkali membuat kita menjadi tidak lagi patuh sepenuhnya terhadap Firman Allah, Saul jatuh terhadap dosa tersebut. Saul adalah salah satu tokoh Alkitab yang mengawali kehidupan dan karyanya dengan baik, namun berakhir dengan tragis. Hal tersebut ditunjukkan Alkitab, ketika Saul kehilangan kesabaran dan berinisiatif sendiri memohon petunjuk dalam menghadapi bangsa Filistin, tanpa kehadiran Samuel (1 Samuel 13:11-12). Kecerobohan Saul dilandasi karena takut ditinggalkan oleh bangsa Israel yang turut berperang bersama dia. Akibatnya Samuel mengecam keras tindakan Saul, karena tidak mempercayai perintah Allah sepenuhnya dan konsekuensinya Samuel menyatakan bahwa Allah telah menetapkan orang lain yang diurapi untuk menjadi pengganti Saul (1 Samuel 13:13-14).

Samuel menegur perilaku Saul sebagai tindakan yang bodoh dan sejak itu Saul ditinggalkan Allah, karena ia tidak mentaati perintah-Nya. Kejatuhan Saul semakin dalam ketika ia merasa terancam dan dengki kepada Daud karena dieluk-elukan bangsa Israel melebihi dirinya (1 Samuel 18:6-10). Semenjak itu Saul terikat dengan kebencian kepada Daud sekaligus ketakutan berlebihan akan kehilangan pengakuan dari orang-orang di sekitarnya, dibandingkan takut gagal melaksanakan Firman Allah. Akhir kehidupan Saul kemudian berujung pada kekalahan telak dalam perang terakhir yang ditakuti dan ia mengakhiri nyawanya sendiri (1 Samuel 31:4). Mendekati saat-saat kematiannya tidak tercatat sedikitpun penyesalan atau pengakuan atas kebersalahan Saul di hadapan Allah.

Belajar dari kehidupan Saul, mari kita melihat bagaimana kita menjalani hidup selama ini. Apakah ketakutan ditinggalkan atau kehilangan pengakuan dari orang lain jauh lebih menguasai pikiran dan hati kita, dibandingkan dengan kerinduan untuk membiarkan kebenaran Allah menjadi prioritas yang harus dipatuhi? Allah selalu menyertai orang yang suka untuk membiarkan Firman Tuhan bertumbuh di dalam kehidupannya. Amin.

Dikenali banyak orang memang sangat menyenangkan.
Namun berkenan di hati Allah lebih layak untuk dipertahankan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *