“Dari Paulus, hamba Kristus Yesus” (Roma 1:1a)
Pertama-tama, saya ingin mengucapkan selamat ulang tahun kemerdekaan RI yang ke-76 !! Harapan saya adalah kita sebagai warga negara Indonesia sama-sama mengenang perjuangan para pahlawan untuk memerdekakan negeri ini. Kita mungkin tidak merasakan makna sesungguhnya dari kata “Merdeka” dan rasanya meneriakkan kata tersebut dengan sebebas-bebasnya, tetapi saya yakin bagi para pejuang pada masa penjajahan kata tersebut merupakan suatu tujuan, harapan dan motivasi yang tiada duanya.
Secara alamiah, manusia selalu suka dengan yang namanya merdeka atau yang lebih sering kita sebut sebagai kebebasan. Kita benci Covid-19 karena virus itu mengekang kebebasan kita, kita cenderung membenci aturan karena itu menahan kita, bahkan lampu merah pun bisa membuat kita jengkel sekalipun hanya menahan kita dalam waktu yang sebenarnya cukup singkat. Lebih jauh lagi, kalau boleh jujur kita seringkali tidak tertarik juga mengikut Yesus. Sekalipun tertarik, kita memilih bagian mana dalam hidup kita yang akan kita serahkan untuk Yesus. Bahkan meskipun kita tahu dosa memperbudak kita, tapi karena kelihatannya dosa justru lebih menawarkan kebebasan untuk kita maka kita melakukannya.
Tidak jarang, banyak orang dan hamba Tuhan mencari cara lain untuk memperkenalkan Yesus kepada orang lain tanpa harus menyinggung. Lukas 9:23 yang berkata: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku”. Benarkah mengikut Yesus tidak menawarkan kebebasan yang sejati?
Sepanjang saya mencari berbagai sumber terkait dengan kebebasan, saya selalu mendapati bahwa yang kita inginkan pada hakekatnya bukanlah kebebasan yang tanpa batas, melainkan kita ingin bahagia. Pernahkah kita melihat seorang asisten rumah tangga yang bekerja dengan setia kepada majikannya selama bertahun-tahun? Dia tidak bebas, tapi dia bahagia. Ketika kita terus berusaha mempercayai kebebasan tanpa batas adalah kebahagiaan, maka kita sebenarnya selalu hidup mengejar hal yang semu.
Saya percaya Yesus tahu ini. Dia ingin kita mengikut Dia dengan memikul salib dan penyangkalan diri dengan suatu kesadaran bahwa kebahagiaan kita ternyata di saat kita mengikut Dia dengan segenap hati dan kita akan menemukan kebebasan sejati di tengah Firman-Nya. Jadi sekarang saya mengerti mengapa Paulus hampir pada setiap awal suratnya berkata, “Dari Paulus, … oleh Yesus”, “Dari Paulus, … oleh kehendak Allah” atau bahkan “Dari Paulus, hamba Kristus Yesus”. Paulus merelakan diri untuk melayani Tuhan dan tidak segan menyatakan diri sebagai hamba, yang dalam bahasa Yunani adalah doulos, yang berarti budak. Paulus telah menemukan kebahagiaan dan kebebasan sejatinya di dalam Tuhan.
Maukah kita belajar seperti Paulus? Maukah kita mulai mengikut Yesus bukan lagi sebagai beban, tetapi karena kita menemukan kebahagiaan dan kebebasan sejati di dalam Yesus? Dengan begitu, kita dapat dengan lega berkata dengan lantang: “MERDEKA DI DALAM KRISTUS!!!” God bless you.
Kebebasan tanpa batas bukanlah kebebasan yang membawa kebahagiaan.