REPOSISI

Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal. Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan? Kata Yesus kepada mereka: Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Yohanes 4:32-34

Tuhan memanggil kita bukan untuk sekedar menjadi orang Kristen, namun kita dipanggil untuk melakukan dan menyelesaikan esensi sebagai orang Kristen. Kata ‘makanan’ yang ditulis dalam Yohanes 4:32 bukan berbicara mengenai makanan secara jasmani, sebab makanan kita yang sesungguhnya adalah melakukan kehendak Allah dan menyelesaikannya. Sampai hari ini, masih banyak orang Kristen yang seringkali mengharapkan Tuhan melakukan kehendak mereka, dan itu berarti mereka sedang menjadikan Tuhan sebagai hamba dan diri mereka yang menjadi sang tuan.

Lakukanlah reposisi. Jangan mendesak dan menuntut Tuhan untuk mengerjakan dan menyelesaikan segala yang kita kehendaki, tetapi sadarilah bahwa Tuhan adalah “Tuan” atas kehidupan kita dan kita adalah hamba-Nya.
Esensi hidup yang sesungguhnya, kita mencari tahu kehendak Allah dan melakukannya hingga tuntas segala yang Dia kehendaki untuk kita kerjakan. Kristus adalah Tuhan atas seluruh kehidupan. Janganlah kita menjadi orang Kristen rata-rata, tetapi jadilah orang Kristen di atas rata-rata. Kualitas hidup kita ditentukan melalui bagaimana kita melakukan dan menyelesaikan kehendak Allah dalam kehidupan ini. Jadikan kehendak Allah lebih utama daripada kehendak kita.

Dalam Ibrani 12:2 dikatakan, “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.” Kata ‘kesempurnaan’ dalam ayat tersebut diatas berbicara mengenai kematangan atau kedewasaan iman. Jangan kita menganggap remeh kuasa Salib, karena kuasa Salib membawa kita pada kematangan atau kedewasaan iman dalam kehidupan. Ketika kita memutuskan untuk mengikut Yesus, maka kita harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Dia. Milikilah kerelaan hati untuk memikul salib.Orang Kristen hari-hari ini seringkali memiliki paradigma yang keliru, mereka berpikir bahwa dengan mengikut Yesus, maka hidupnya selalu diberkati, disembuhkan dari segala penyakit, selalu ada jalan keluar dalam segala masalah, selalu ada mujizat dibalik masalah. Maka, tak jarang kita menemukan orang Kristen yang mengalami kekecewaan dalam hidupnya karena mereka menerima kenyataan yang berlawanan dengan paradigmanya tentang mengikut Yesus. Mereka yang kecewa karena paradigma yang keliru itu kemudian menyalahkan Yesus dan menjadikan-Nya sebagai ‘kambing hitam’.

Mengikut Yesus tidak berarti kita senantiasa menerima berkat, berkat, dan berkat. Salib membawa kita pada kematangan atau kedewasaan iman. Orang yang dewasa imannya akan menyadari sukarnya hidup ini, namun mereka tahu dibalik kesukaran, ada kelegaan dan sesuatu yang indah di hari depan. Salib sesungguhnya akan membawa kita menjadi seorang pemenang. Kita didesain Tuhan bukan menjadi seorang pengecut, tetapi menjadi seorang pemenang yang mampu menghadapi kehidupan dan tantangannya dengan kepala tegak. Kita harus menjadi Kristen yang sanggup menghadapi segala permasalahan hidup hingga selesai. Yesus mengalami tekanan jiwa dan emosional yang tinggi pada saat Dia berada di Getsemani, sehingga Dia mengalami hematidrosis (pembuluh darah pecah dan darah keluar melalui kelenjar keringat). So, jangan pernah mengeluh akan kesendirian kita, karena Yesuspun pernah ditinggalkan seorang diri (loneliness), namun Dia tidak mengeluh dan tetap memutuskan untuk memikul salib hingga tunta

2 Petrus 3:9 berbunyi “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” Kasih karunia Tuhan itu seharga darah dan nyawa. Tidaak ada darah dan nyawa yang murahan. Kita menerima kasih karunia karena ada darah yang tercurah. Hargailah kasih karunia yang Tuhan telah berikan. Kasih karunia itu mahal harganya, karenanya berbaliklah pada Tuhan, hiduplah dalam kebenaran dan pertobatan, juga jangan secara sengaja melakukan pelanggaran dosa. Hiduplah secara bertanggung jawab. Jangan bermain-main dalam dosa, sebaliknya matanglah dalam kebenaran. Amin.

Tempatkanlah TUHAN sebagai “Tuan” atas hidup kita, dan kita ini hambaNya. JANGAN TERBALIK!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *