TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!
(Ayub 1:21b)
“Kehilangan” adalah sebuah peristiwa yang tidak menyenangkan untuk kita alami, apalagi jika kehilangan itu terjadi secara mendadak atau tidak terbayangkan sebelumnya. Disadari atau tidak, fakta menunjukkan bahwa kita bisa kehilangan banyak hal secara tiba-tiba: Kehilangan orang yang kita kasihi, kehilangan kesehatan, kehilangan harta, kehilangan jabatan dan sebagainya. Tentunya kehilangan-kehilangan ini bisa sangat menyakitkan dan membuat kita menjadi kecewa dan marah kepada Tuhan, karena Tuhan membiarkan kehilangan-kehilangan itu terjadi dalam hidup kita.
Ayat di atas merupakan ungkapan dari Ayub yang mengalami kehilangan banyak hal dalam satu hari saja. Seluruh hartanya habis dalam sekejap dan juga semua anaknya meninggal dunia pada hari itu. Namun dalam keadaan seperti itu, Ayub tetap dapat berkata “Terpuji Tuhan”, sungguh suatu respon yang luar biasa dari begitu banyak kehilangan yang Ayub alami. Melalui kisah Ayub ini ada beberapa hal yang dapat menjadi pembelajaran bagi kita, jika suatu saat nanti kita mengalami kehilangan.
Pertama, kehilangan apapun – entah itu kesehatan, harta, orang yang kita kasihi – menyadarkan kita bahwa segala yang kita miliki adalah sesuatu yang fana dan bersifat sementara. Karena itu, kita biarlah selama kita hidup, kita tidak hanya berfokus kepada hal-hal duniawi saja karena segala hal tersebut cepat atau lambat akan berlalu (1 Korintus 7:31). Ketika kita lebih memfokuskan diri kepada hal-hal yang bernilai kekal, maka kita akan menjalani hidup yang bermakna dan memuliakan Tuhan.
Kedua, kehilangan menyadarkan kita bahwa semua yang kita miliki sebenarnya bukan semata-mata milik kita, tetapi milik Tuhan (Mazmur 90:3). Dengan demikian maka Tuhanlah yang berhak atas segala milikNya tersebut. Jika Ia berkehendak untuk mengambilnya atau memintanya kembali maka kita harus legowo untuk melepaskannya. Lebih lanjut, kesadaran bahwa semua yang kita miliki adalah milik Tuhan, mengajarkan kita untuk dapat selalu bersyukur jika Tuhan masih memberi kesempatan untuk kita memilikinya.
Ketiga, seringkali tanpa sadar kita telah memberhalakan sesuatu atau seseorang karena kita begitu terikat atau lebih mengasihi hal tersebut daripada mengasihi Tuhan. Melalui kehilangan yang Tuhan ijinkan, Ia mengajar kita agar hati kita tidak berpaut pada apapun, tetapi hanya terpaut kepada Dia. Sebab tidak jarang kita mendapati bahwa ketika seseorang kehilangan hal yang sangat disayangi atau dikasihinya, mereka justru pada akhirnya mengalami perjumpaan pribadi atau pengenalan yang lebih lagi dengan Tuhan Yesus yang mengasihi mereka. Amin.
Melalui kehilangan, seringkali Tuhan menata kembali kehidupan kita
agar kita menempatkan segala hal pada prioritas dan proporsi yang benar.