Bacaan: Kolose 3:1-11
“Jangan lagi kamu saling mendustai.”
(Kolose 3:9)
Tampaknya berdusta sudah menjadi cara hidup yang lazim dianut oleh kebanyakan orang. Beberapa tahun yang lalu sebuah penelitian membuktikan bahwa 91% orang telah biasa berdusta berkaitan dengan hal-hal yang dianggap sepele; 36% orang berdusta mengenai hal-hal yang penting; 86% mengaku sering berdusta kepada orangtua; 75% berdusta kepada teman-teman; 73% kepada saudara kandung; dan 69% kepada pasangannya.
Berdusta sesungguhnya merupakan dosa yang berbahaya bagi hidup kita bila kita tidak mengatasinya dengan sungguh-sungguh, karena dosa berdusta ini dapat bertumbuh, berkembang biak dan akhirnya menguasai kita. Kalau begitu bagaimana solusinya? Solusinya adalah berkata “Tidak” terhadap dosa. Kita juga harus mematikan dosa-dosa lainnya yang berusaha merasuki kehidupan kita.
Mengatakan kebenaran sudah seharusnya menjadi salah satu ciri utama dari seorang pengikut Kristus. Rasul Paulus mengingatkan kepada jemaat di Kolose bahwa orang-orang percaya tidak boleh berdusta, karena mereka telah “menanggalkan manusia lama serta kelakuannya”. Ketika kita membiasakan diri untuk berdusta, itu berarti kita sedang mengikuti jejak iblis, “sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta” (Yohanes 8:44).
Sesungguhnya berkata dusta bermuara pada pemikiran yang salah, yakni dengan mengira bahwa kita dapat menyangkal fakta atau menyembunyikan kesalahan dan melindungi diri dari kebenaran. Padahal dalam kenyataannya, berdusta justru makin memperberat masalah yang kita hadapi. Di sisi lain, pengakuan yang jujur adalah cara tercepat untuk mendapatkan pengampunan dan membuat kita kembali pada pimpinan dan pemeliharaan Allah (Amsal 28:13).
Biarlah ini menjadi doa kita: “Bapa, tolong kami dalam menapaki hidup hari ini supaya kami tidak merasa perlu menutupi apapun yang kami lakukan atau katakan”.
Kebohongan yang diucapkan dalam beberapa detik akan menghancurkan kredibilitas
dan kepercayaan yang dibangun seumur hidup.