TIDAK WAJAR

Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. (Yohanes 13:4-5)

Di masa pandemi ini gereja kita menyediakan tempat untuk mencuci tangan dan juga hand sanitizer. Tujuannya, supaya setiap jemaat yang datang beribadah di gereja dalam keadaan bersih atau steril. Nampaknya hal tersebut sekarang ini telah berubah menjadi sebuah budaya baru bagi kita semua. Tahukah saudara bahwa orang-orang Yahudi juga memiliki budaya atau tradisi, yaitu menyediakan tempat pembasuhan kaki di rumah mereka. Tujuannya supaya setiap orang yang hendak masuk ke dalam rumah tersebut dapat membasuh atau membersihkan kaki mereka terlebih dahulu. Dan biasanya yang melakukan pekerjaan membasuh kaki adalah seorang budak (hamba).

Ayat di atas mengisahkan sebuah peristiwa dimana Tuhan Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya. Tindakan yang Tuhan Yesus lakukan tersebut bukanlah tindakan yang lazim dilakukan oleh seorang guru ataupun rabi Yahudi. Jubah adalah lambang kebesaran atau kehormatan, sedangkan kain lenan yang terikat di pinggang tersebut merupakan lambang kehambaan. Kisah tersebut memberitahukan kepada kita bagaimana sikap Tuhan Yesus dalam melayani, dimana Tuhan Yesus merendahkan diri begitu rupa dan mengambil posisi sebagai seorang hamba (bdk. Filipi 2:5-7). Ingat, pada saat itu Tuhan Yesus adalah guru atau rabi. Artinya Tuhan Yesus memiliki posisi yang terhormat, dimana orang pada posisi tersebut biasanya dilayani. Namun Yesus memutuskan untuk merendahkan diri dan membasuh kaki para murid. Membasuh kaki adalah lambang pentahiran, dimana seseorang kemudian akan berada dalam keadaan bersih. Apa yang Tuhan Yesus lakukan adalah sesuatu yang tidak wajar dilakukan oleh seseorang yang ada dalam posisi terhormat, oleh karena itu Petrus berkata: “Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya.” sebab seharusnya murid yang membasuh kaki gurunya, dan bukan guru yang membasuh kaki muridnya. Mengapa Yesus bersedia melakukannya? Supaya murid-murid-Nya mendapat bagian dalam Kristus.

Dari apa yang Tuhan Yesus kerjakan, maka ada beberapa hal yang boleh menjadi perenungan bagi kita bersama, yaitu memiliki keberanian untuk menanggalkan kehormatan dan kebesaran, memiliki kerelaan untuk merendahkan diri begitu rupa dan menjadi seorang hamba, serta memiliki motivasi yang benar dalam melayani. Semua itu adalah warisan keteladanan yang Tuhan Yesus tinggalkan bagi kita, karena itu biarlah kaki kita boleh berpijak di atas prinsip-prinsip tersebut. Amin.

Melayani agar memiliki reputasi nampaknya sesuatu yang wajar,
tetapi lakukanlah yang tidak wajar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *