Jangan Remehkan Setitik Cahaya

“Sebab pada-Mu ada sumber hayat, di dalam terang-Mu kami melihat terang” Mazmur 36:10

Pada tanggal 11 Februari 2012, dunia hiburan sempat berdukacita akibat meninggalnya seorang Diva Amerika yang dijuluki “The Voice,” karena memiliki kualitas suara yang luar biasa. Setiap albumnya sukses besar; ia kaya; cantik dan bertumbuh dari keluarga yang full gospel songs, karena di samping ia dari kecil dibesarkan di Gereja, juga karena ibunya adalah seorang penyanyi gospel terkenal, sehingga setelah ia tiba di puncak ketenarannyapun, lagu “Ya, Yesus Mencintai Aku” terus menjadi lagu favoritnya. Kematian sang Diva mengejutkan banyak orang, karena
ternyata di balik kesuksesan dan ketenarannya, serta kehidupan keluarga yang terlihat begitu rohani, ia telah menjadi seorang pecandu kokain yang parah, yang menjadi penyebab pula ia mati tenggelam dalam sebuah bak mandi pada tanggal itu.

Kalau dilihat dari latar belakang masalah yang harus dihadapi Diva ini sehingga akhirnya ia terjerumus dalam obat-obatan terlarang, rasanya tidak ada bedanya dengan masalah yang dihadapi para artis dan manusia pada umumnya. Malah seharusnya, dengan ketenaran dan kekayaan yang sedemikian besar, ia seharusnya mampu untuk bisa keluar dari masalah-masalah yang dihadapinya dengan lebih banyak bersenang-senang atau mencari konselor atau psikolog yang terbaik. Seperti apa yang dibayangkan banyak orang pada umumnya: “Kalau ada uang semua pasti bisa dan semua pasti beres”. Dan seharusnya juga buat Diva ini, dengan latar belakang keluarga yang setiap harinya dipenuhi oleh lagu-lagu gospel dan ia sendiri juga merupakan seorang penyanyi gospel dulunya, kehidupan yang dipandang rohani tersebut mampu membuatnya untuk bisa selalu bangkit dari setiap tekanan masalah, karena seperti pandangan umum: “Kalau orang yang banyak ke Gereja dan pelayanan, pasti memiliki iman yang kuat”. Namun pada kenyataannya,

Diva ini tidak mampu untuk mengatasi apa yang terjadi dalam kehidupannya. Mengapa? Dalam suatu wawancara pada tahun 2002, Diva ini mengatakan pada seorang wartawan “Setan terbesar adalah diriku sendiri. Saya adalah kawan atau musuh terbaik diri saya sendiri”.

Kalau dilihat dari kaca mata rohani, di dalam diri Diva ini tidak ada setitik terangpun, hidupnya begitu gelap, sehingga ia tidak bisa melihat siapa dirinya sebagai anak Tuhan (bukan setan), yang memiliki Bapa yang selalu akan menjadi sumber kehidupannya, bukan menjadikan dirinya setan
atau musuh buat dirinya sendiri yang bisa membinasakan. Dimana dalam “kegelapannya” ia juga tidak bisa melihat dengan jelas jalan mana yang harus diambil ketika ia mengalami masalah, sehingga ia terjerumus ke dalam jalan yang gelap, padahal ada Tuhan Yesus yang mencintainya
seperti lagu yang sering ia nyanyikan: “Ya, Yesus Mencintai Aku”. Tuhan Yesus yang selalu siap untuk menjadi “Jalan dan kebenaran dan Hidup”, sehingga seharusnya ia selalu memiliki pengharapan di dalam Tuhan.

Jalan yang diambil oleh Sang Diva saat menghadapi masalah seolah-olah berbanding terbalik dengan jalan yang diambil Daud. Ayat di atas merupakan salah satu dari tiga belas rangkaian ayat dalam Mazmur 36, di mana dalam pasal tersebut Daud mengatakan bahwa dalam menghadapi situasi yang seakan tidak berpengharapan atas kejahatan orang-orang fasik yang luar biasa (ay.1-5) dan yang ingin menginjak serta mengusirnya (ay.12), Daud tidak terjerumus kedalam lingkaran keputusasaan, yang menjadikannya apatis, melainkan Daud memandang Tuhan sebagai sumber kehidupannya. Di dalam menghadapi permasalahan hidupnya,

Daud berjuang untuk menemukan terang, sehingga ia bisa melihat permasalahannya dengan jelas dan kemudian ia mengambil jalan untuk berdoa memohon perlindungan dari orang-orang fasik yang jahat itu (ay. 11-12) Dalam menghadapi permasalahan hidup, jika saat ini kita pun merasa semuanya seakan gelap dan tidak melihat adanya pengharapan; sebagai orang yang telah mengenal Kristus sebagai Terang Hidup, marilah kita bangkit kembali untuk mencari Terang itu, karena terbukti tidak ada suatupun – baik ketenaran, kekayaan, kehidupan yang kelihatan rohani bahkan segala apapun yang ada di dunia ini – mampu membuat kita bisa melihat dengan jelas permasalahan hidup kita dan membuat kita tahu mengambil jalan yang benar, selain daripada kita menjadikan Kristus sebagai Terang hidup kita (Mazmur 119:105: “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”).

Setitik cahaya yang dihasilkan oleh Terang Kristus akan menjadi sangat berarti bagi kita. Seperti ruangan yang gelap saat terjadi pemadaman aliran listrik, kita tidak mampu mengerjakan apapun dengan benar, karena semua yang ada di ruangan tersebut tidak terlihat dengan jelas. Bahkan jika kita memaksakan diri untuk melakukan ini dan itu, maka seringkali kerusakan-kerusakanlah yang terjadi. Tetapi ketika kita menyalakan lilin, meskipun cahaya lilin itu sangat kecil, tetapi kita akan memiliki semangat untuk dapat kembali bisa melakukan hal-hal yang baik dan benar, karena setitik cahaya itu membuat kita bisa melihat kembali segala yang ada dalam ruangan tersebut dan menimbulkan pengharapan. Bayangkan, apa yang terjadi kalau kita terus hidup di dalam ruangan yang gelap itu tanpa berusaha untuk mencari sumber penerangan? Apa yang akan kita hasilkan? Hanyalah nol dan kerusakan-kerusakan.

“Dalam kegelapan, cahaya sekecil apapun tetap beri arah. Dalam ketidakpastian, harapan sekecil apapun tetap beri jalan. Jangan pernah menyerah, tetap jaga harapan sekecil apapun, karena keajaiban bisa terjadi setiap saat.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *