TRAGEDI “SETENGAH-SETENGAH”

Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, kemana engkau akan pergi. Pengkhotbah 9 : 10 Ada sebuah kutipan yang berbunyi “Bukan langkah awal yang menentukan, tetapi langkah akhir”. Apa esensi dari kutipan diatas? Tidak lain hal ini berbicara tentang komitmen, konsistensi dan kedisiplinan. Sebagaimana kita dapat melihat dalam kehidupan sehari-hari ada banyak orang-orang yang memulai sesuatu dengan idealis dan penuh semangat, misalnya: membuka usaha baru, merintis karier baru atau bahkan memulai suatu pelayanan. Namun tidak jarang bahwa yang awalnya dirancang dengan penuh semangat, seiring dengan berjalannya waktu mulai kehilangan kegairahan dan akhirnya terhenti bak bunga yang layu sebelum berkembang. Bukankah ini sebuah tragedi yang patut disayangkan, ketika orang melakukan sesuatu dengan setengah-setengah atau tidak konsisten?

Ada sebuah kisah nyata dari seorang yang cukup terkenal yang bisa dijadikan sebagai contoh dari suatu tragedi ketidak-konsistenan, orang itu adalah Samuel Taylor Coleridge yang merupakan seorang pujangga dan filsuf asal Inggris. Apabila kita menyimak perjalanan hidup Samuel Coleridge ini, dikisahkan bahwa ia meninggalkan Cambridge University untuk bergabung dalam kesatuan angkatan darat, namun ia kemudian meninggalkan satuan militer itu karena tidak bisa memandikan kuda lalu ia memutuskan untuk kuliah di Oxford. Namun kemudian ia keluar dari universitas itu tanpa gelar. Selanjutnya, ia merintis sebuah penerbitan yang bernama “The Watchman”, namun jurnal yang dia buat hanya terbit sebanyak sepuluh edisi, kemudian berhenti tanpa alasan yang jelas.

Samuel Coleridge sebenarnya punya talenta dalam dunia literatur, namun ia tidak memiliki konsistensi dan mental disiplin untuk tetap fokus. Sebenarnya ada banyak ide yang ia dapat wujudkan untuk menjadi buku, tetapi tidak ada satupun buku yang dikarangnya karena ia kurang berdisiplin untuk menulis. Dalam berbagai aspek kehidupan kita – baik dalam hal berkarier maupun hal-hal rohani – seringkali kegagalan untuk mencapai target yang kita inginkan, bukan disebabkan oleh kurangnya sumber daya atau dana, tetapi karena kita kurang disiplin dalam apa yang kita kerjakan. Banyak orang yang semangat hanya diawal saja, atau melakukan pekerjaan tersebut dengan setengah hati sehingga tidak heran jika akhirnya apa yang dirancangkan itu kandas di tengah jalan.

Hal yang sama bisa terjadi dalam kehidupan rohani seseorang, mereka tidak bertumbuh dalam iman karena kurang disiplin dan tidak konsisten untuk berdoa, bersaat teduh dan beribadah. Raja Salomo mengingatkan kita dari ayat diatas bahwa apapun yang kita mau lakukan, kerjakan dengan sekuat tenaga. Ini berarti kita harus mengerjakannya dengan sepenuh hati dan konsisten. Kita harus melatih diri kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang disiplin dalam melakukan segala sesuatu yang dipercayakan kepada kita. Ingatlah bahwa jika kita setia dalam perkara-perkara kecil, maka Tuhanpun akan mempercayakan kepada kita perkara-perkara yang lebih besar lagi (Lukas 16:10). Amin.

Tidak seorangpun dapat mencapai kesuksesan atau mempertahankan kesuksesannya tanpa komitmen dan kedisiplinan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *