SALAHKAH MENJADI KRISTEN YANG PROGRESIF..?

Bicara mengenai ajaran sesat atau ajaran yang menyimpang dari kebenaran, sudah terjadi dan akan terus terjadi dari masa ke masa, termasuk yang hari-hari ini sedang menjadi perbincangan, yakni ajaran mengenai “Kristen Progresif”. Dalam sebuah podcast seorang hamba Tuhan menjelaskan dan meyakini pemikiran tersebut, dimana tiga spirit inti dari ajaran tersebut adalah:

1. Tidak mengakui Alkitab sebagai kebenaran yang mutlak dan tanpa salah.
Bahkan mereka mengatakan Alkitab bisa salah dan bisa saling bertabrakan. Padahal bagi kita Alkitab adalah kebenaran yang mutlak, tanpa salah dan sudah final. Adapun berbagai hal yang kelihatannya bertentangan, itulah fakta yang jujur dan terjadi sehingga kita bisa banyak belajar dari hal-hal tersebut.

2. Bahwa Yesus mati bukan untuk menebus dosa-dosa manusia.
Sebab dosa tidak memisahkan manusia dari Allah. Padahal Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa kita semua orang berdosa, dan konsekuensi dosa adalah maut (Roma 3:23, 6:23).

3. Bahwa keselamatan bukan hanya anugerah Tuhan, melainkan perbuatan-perbuatan baik manusia.
Meskipun tidak jelas standar perbuatan baik apa yang harus dilakukan manusia – menurut ajaran tersebut – namun kita hanya meyakini bahwa keselamatan adalah murni anugerah dari Tuhan, bukan usaha manusia (Efesus 2:8-9, Kisah Rasul 4:12). Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa “Kristen Progresif” bukan hanya menyimpang, namun benar-benar diluar kebenaran Firman Tuhan.

Surat Paulus kepada anak rohaninya yakni Timotius sangat kental dengan pesan agar ia dapat mengenali – dan memperlengkapi jemaat – agar bisa membedakan mana ajaran yang benar dan mana ajaran yang diluar kebenaran, sehingga mereka tidak mudah goyah bahkan kehilangan imannya (1 Timotius 1:18-20). Apa yang harus terus kita bangun menghadapi tantangan iman di masa kini?

Pertama, marilah kita terus membangun diri kita dalam ajaran yang sehat (1 Timotius 4:16). Ajaran sehat tentunya ajaran yang kembali bermuara pada Firman Tuhan. Apa yang kita baca dan renungkan, itulah kekuatan iman kita. Komunitas-komunitas di dalam gereja seharusnya memberi ruang kepada seluruh jemaat untuk belajar Firman dengan benar, bahkan mempelajari hal-hal yang rumit sekalipun. Kita tidak bisa mencegah siapapun yang menyimpang, namun mulailah dari diri sendiri untuk terus terhubung dengan Tuhan dan Firmannya setiap hari.

Kedua, mari kita terus membuka wawasan kita terhadap perkembangan zaman yang terjadi saat ini (2 Timotius 3:1-4). Sebagai orang percaya, kita  harus tahu isu-isu yang sedang terjadi, sehingga dapat memohon hikmat Tuhan agar bisa melayani dan menjawab persoalan-persoalan tersebut dengan tepat. Mari kita memiliki sikap yang siap sedia untuk menuntun orang-orang yang sedang bergumul dalam perjalanan iman mereka (2 Timotius 2:25-26).

Istilah “Progresif” sebenarnya dapat diartikan juga sebagai “Langkah untuk menuju perubahan yang lebih baik, atau sesuatu ke arah yang lebih maju”. Karena itu, mari kita menjadi orang-orang Kristen yang progresif, bukan dengan cara merubah tatanan kebenaran fundamental khususnya berkaitan dengan iman yang sesuai kebenaran Firman Tuhan, namun melangkah lebih maju lagi dalam hal-hal seperti yang Tuhan rindukan. Tidak kompromi dengan dosa, mensyukuri anugerah keselamatan dengan hidup benar dan mengasihi Tuhan, serta terus terhubung dan membangun relasi yang kuat melalui kebenaran Firman Tuhan setiap saat. Let’s Progress.

“Mari akhirnya setiap keraguan iman kita bukan dengan kecewa,
namun dengan percaya.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *