Matius 10:22
“Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.”
Setidaknya ada tiga jenis penderitaan. Yang pertama, yakni penderitaan karena diri sendiri. Seseorang yang tidak disiplin dengan asupan makanan, misal sering makan-makanan berlemak, atau makanan tinggi kolesterol, hasilnya akan mudah sakit. Seseorang yang tidak disiplin dengan olahraga, hasilnya akan mudah lemas dan stamina tidak kuat. Seseorang yang tidak disiplin dengan keuangan, maka hidup terus dikejar utang-piutang. Penderitaan kedua, yakni penderitaan karena orang lain. Contoh: seperti dikhianati oleh orang yang kita percaya, direndahkan orang lain, disakiti secara emosi, bahkan fisik, diabaikan bahkan tidak dihargai orang lain. Dan yang ketiga, yakni penderitaan karena Kristus. Contoh: seperti dikucilkan karena mengikut Kristus, tidak leluasa mengeskpresikan iman percaya kita, bahkan berbagai aniaya terjadi terhadap para pengikut Kristus. Penderitaan adalah suatu hal yang dihindari oleh semua orang, namun taat dalam penderitaan, khususnya penderitaan karena Kristus adalah sebuah panggilan bagi setiap orang percaya. Penderitaan adalah sarana untuk terus memurnikan iman kita kepada Dia.
Baru-baru ini terjadi penganiayaan orang-orang percaya di beberapa negara, contohnya Nigeria. Setidaknya ada 35 orang setiap hari mengalami persekusi bahkan mati demi Kristus. Banyak gereja dibakar dan kesulitan melangsungkan ibadah. Di China, orang-orang Kristen melangsungkan ibadah di bawah tanah, bahkan mereka dilarang untuk melangsungkan ibadah atau doa secara online (streaming). Termasuk di negara kita Indonesia. Sebagai orang percaya, nampaknya kita pun mengalami banyak pembatasan. Di berbagai tempat terjadi pelarangan ibadah, bahkan penutupan rumah ibadah.
Bagaimana kita memaknai penderitaan saat menjadi pengikut Kristus?
1. Ketaatan adalah warisan Kristus (Ibrani 4:15).
Tidak hanya kita, Yesus pun ketika ada di dunia mengalami berbagai penderitaan, mulai dari penderitaan fisik, penderitaan emosi, bahkan penderitaan rohani. Ia sering mengalami lapar dan lapar, dijauhi dan dibenci orang-orang, bahkan saat ia berjalan ke Golgota, siksaan fisik yang luar biasa harus Ia jalani dan terima. Saat ia berdoa di Getsemani, emosi-Nya diuji luar biasa, bahkan peluhnya sampai seperti titik-titik darah. Puncaknya di atas kayu salib Ia seperti ditinggalkan oleh Allah. Dalam berbagai penderitaan tersebut, Ia taat.
2. Penderitaan adalah sekolah ketaatan (Ibrani 5:8).
Kata belajar menjadi penting dalam ayat ini. Yesus bukan hanya mengalami penderitaan, namun Ia pun menjadikan penderitaan sebagai proses belajar dalam kehidupan yang harus dijalani. Biarlah ini pun mengingatkan kita sebagai pengikut Kristus, dalam berbagai penderitaan yang dialami, jadikan ini sebagai proses belajar, agar kita tetap taat dan setia menjalani berbagai hal yang ada. Dalam belajar ada proses dan waktu.
3. Ketaatan membawa kemenangan (Ibrani 5:9).
Puncak dari ketaatan Kristus dalam penderitaan yakni kemenangan yang manusia terima, yakni keselamatan dan kehidupan kekal. “Cross before Crown,” kira-kira itulah yang harus kita pegang sebagai orang percaya, saat taat dalam penderitaan, selalu ada kemenangan yang siap kita terima. Anugerah mengikut Kristus bukan hanya keselamatan yang kita terima, melainkan kita dimampukan untuk menghadapi berbagai penderitaan bersama Dia.
Quotes: Penderitaan Bukan Tanda Allah Meninggalkan, namun Kesempatan Agar Kita Belajar Percaya dan Taat Lebih Dalam.