Mazmur 55:7
Pikirku: “Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang dan mencari tempat yang tenang,”
Kehidupan bangsa kita akhir-akhir ini tidak lepas dari berbagai pergumulan. Situasi politik yang memanas, ekonomi yang sulit, harga kebutuhan pokok yang naik, lapangan kerja yang semakin sempit, dan keadaan sosial yang penuh demonstrasi terjadi akhir-akhir ini, membuat hati banyak orang cemas, resah, bahkan lelah. Dalam kondisi seperti ini, tidak sedikit orang yang berkata dalam hati: “Kalau bisa, aku ingin pergi jauh dari semua hiruk-pikuk ini, mencari tempat yang tenang.” Bahkan sudah banyak orang yang pergi meninggalkan tanah air untuk berlindung ke luar negeri.
Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan bising ini, banyak orang Kristen, termasuk para pemimpin rohani juga mengalami kelelahan spiritual. Bukan hanya karena beban kerja, tetapi karena konflik batin yang tak kunjung selesai. Sama seperti Daud, ada kalanya kita ingin lari saja dari semuanya. Bukan karena takut, tetapi karena penat yang tak tertanggung.
Dalam dunia yang tantangannya semakin tidak ringan, tidak sedikit umat percaya yang merasa ingin terbang menjauh. Dari tanggung jawab yang menekan, dari relasi yang melukai, dari tekanan pelayanan yang tak kunjung reda.
Keinginan ini sering kali dituduh sebagai tanda lemahnya iman. Namun, benarkah demikian? Adakah tempat dalam iman Kristen untuk sebuah keinginan melarikan diri secara rohani?
Mazmur 55 adalah mazmur ratapan Daud saat ia dikhianati orang terdekat (kemungkinan besar Ahitofel, 2 Samuel 15). Dalam ayat 7, Daud berkata: “Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang dan mencari tempat yang tenang.” Ini bukan sekadar ungkapan puisi, melainkan refleksi terdalam dari jiwa yang ingin lepas dari tekanan emosional dan spiritual. Ungkapan ini bukan sekadar pelarian emosional. Ini adalah gambaran terdalam dari jiwa yang mendambakan kelegaan, bukan di medan perang, tetapi di hadirat Tuhan.
Frasa “sayap seperti merpati” dalam Mazmur 55:7 mencerminkan kerinduan akan pelarian rohani menuju kedamaian. Dalam simbolisme Alkitab, merpati bukan hanya lambang damai, tetapi juga representasi Roh Kudus (lihat. Lukas 3:22), dan simbol kejujuran serta kelembutan (bdk. Hosea 7:11, Matius 10:16). Tulisan ini mengeksplorasi makna simbolik dari “sayap merpati” dalam Mazmur 55:7 dan melihatnya bukan sebagai tanda kelemahan, tetapi sebagai ekspresi terdalam dari jiwa yang rindu tempat kudus, yaitu tempat teduh dalam Allah.
Dalam konteks Mazmur 55:7, “sayap merpati” mencerminkan kerinduan akan pelarian yang kudus, bukan pemberontakan terhadap realitas. Albert Barnes menafsirkan bahwa ini adalah metafora dari keinginan untuk melarikan diri dari penderitaan duniawi menuju kedamaian surgawi. “Ia tidak meminta pedang untuk membalas, tetapi sayap untuk pergi menjauh.” (Barnes’ Notes on the Bible). Daud adalah raja dan prajurit, tetapi dalam mazmur ini ia justru jujur tentang ketakutannya. Dalam bahasa modern, ia sedang mengalami burnout spiritual. Bukankah itu sering juga dialami para pemimpin rohani masa kini? “Hatiku sangat gelisah, kedahsyatan maut telah menimpa aku.” — Mazmur 55:5. Mengakui kelelahan bukan berarti menyerah, tetapi justru memelihara kemanusiaan dalam pelayanan.
Di tengah dunia yang penuh konflik, kelelahan mental, dan tekanan sosial, orang percaya, terutama para pelayan Tuhan, sering ingin ‘kabur’. Namun, pelarian sejati bukan dengan melarikan diri, melainkan dengan mendekat kepada Allah. Kita tidak membutuhkan sayap merpati secara literal, tetapi doa dan keintiman dengan Tuhan adalah sayap rohani yang membawa kita ke tempat yang tenang. Seseorang yang melayani Tuhan dan pekerjaan-Nya sering terjebak dalam tuntutan untuk “selalu kuat”. Tetapi Mazmur 55 mengajarkan bahwa kerinduan akan tempat yang tenang adalah bagian dari spiritualitas sehat. Maka, alih-alih menekan keinginan itu, marilah kita mengarahkan keinginan itu menuju pelarian yang benar, yaitu ke hadirat Allah.
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” — Matius 11:28.
Ketika Hidup Terasa Berat, Jangan Malu untuk Berkata seperti Daud:
“Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati…”