Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.“
Yohanes 14:6
“Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.”
Kisah 4:12
YESUS BUKAN SATU-SATUNYA JALAN KESELAMATAN? SEMUA AGAMA SAMA SAJA? Akhir bulan April lalu menjadi viral podcast antara dr. Richard Lee (mualaf) dan Pendeta Gilbert Lumoindong dimana memicu perdebatan luas di media sosial. Dalam perbincangan tersebut, keduanya membahas berbagai topik sensitif seputar agama, keyakinan, dan toleransi. Salah satu momen yang paling banyak dibicarakan adalah ketika Pendeta Gilbert menyatakan bahwa “semua agama itu sama”, yang kemudian ditanggapi oleh dr. Richard Lee dengan pertanyaan kritis. Pernyataan Pendeta Gilbert Lumoindong ini menimbulkan kontroversi karena dianggap menyederhanakan perbedaan mendasar antar-agama. Setelah cuplikan podcast tersebut tersebar luas, banyak netizen memberikan komentar beragam. Sebagian mengapresiasi keterbukaan diskusi, sementara yang lain mengkritik pernyataan Pendeta Gilbert sebagai kontroversial. Menanggapi hal ini, Pendeta Gilbert memberikan klarifikasi melalui video di kanal YouTube-nya, menjelaskan bahwa maksud pernyataannya adalah untuk menekankan pentingnya toleransi antar-umat beragama, bukan menyamakan semua ajaran agama.
Kedua ayat di atas dari Yohanes 14:6 dan Kisah 4:12 secara eksplisit menyatakan bahwa keselamatan hanya melalui Yesus Kristus. Namun, dalam sejarah dan perkembangan teologi, terdapat sejumlah upaya penafsiran yang mencoba memahami atau bahkan menolak makna tunggal atas eksklusivitas ayat-ayat tersebut. Misalnya ada upaya atau pendekatan tafsir alternatif Pluralisme: pendekatan ini beranggapan bahwa semua agama mengandung kebenaran dan dapat membawa manusia kepada keselamatan. Argumen utamanya: Setiap agama besar mengajarkan nilai-nilai moral dan spiritual yang tinggi, dan Allah yang Maha Pengasih tentu tidak akan membatasi keselamatan hanya pada satu jalan. Penafsirannya terhadap Yohanes 14:6: pernyataan Yesus dipahami sebagai benar untuk orang Kristen, tetapi bukan satu-satunya kebenaran yang absolut untuk semua manusia.
Tokoh yang terkenal: John Hick salah satu teolog pluralis terkenal yang menolak eksklusivisme Kristen. Kemudian ada pendekatan tafsir alternatif Inklusivisme: mengakui bahwa Yesus adalah jalan keselamatan, tetapi orang yang tidak mengenal Yesus secara eksplisit pun bisa diselamatkan oleh anugerah Allah melalui Yesus. Argumen utama: ada orang-orang yang karena kondisi historis atau geografis tidak pernah mendengar Injil, namun hidup dalam kebenaran dan nurani yang baik. Penafsirannya terhadap Yohanes 14:6: ayat ini tetap dianggap benar, namun kehadiran Kristus dapat bekerja secara anonim atau implisit dalam kehidupan seseorang.
Tokoh yang terkenal: Karl Rahner dengan konsep “anonymous Christian” (Kristen anonim). Akhirnya ada pendekatan tafsir alternatif Universalisme: pemahaman ini menyatakan bahwa pada akhirnya, semua orang akan diselamatkan, tidak peduli apakah mereka percaya kepada Yesus atau tidak di dunia ini. Argumen utama: kasih dan belas kasih Allah yang tak terbatas pada akhirnya akan mengalahkan dosa dan pemberontakan manusia. Penafsirannya terhadap Yohanes 14:6 dan Kisah 4:12: ayat-ayat ini tetap dipahami sebagai menunjuk pada Yesus sebagai alat keselamatan, namun bukan secara terbatas hanya kepada mereka yang mengenal-Nya secara eksplisit.
Setelah mengadakan Perjamuan Malam Terakhir (Yohanes 13), Yesus memberikan penghiburan kepada para murid-Nya menjelang penyaliban-Nya menjadi korban tebusan umat manusia. Ia ingin menenangkan hati mereka dari rasa cemas dan takut. Dalam percakapan dengan Tomas dan Filipus, Yesus menyampaikan kebenaran yang penting bagi iman kita. Saat Tomas bertanya tentang jalan menuju Rumah Bapa, Yesus menegaskan bahwa Dialah satu-satunya jalan, kebenaran, dan hidup. Hanya melalui Yesuslah kita dapat mengenal Allah, menjalin hubungan dengan-Nya, dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Tidak ada manusia lain yang mendapat kuasa dari Allah untuk menyelamatkan kita, kecuali melalui Yesus (Kisah 4:12). Sebagai Jalan, Yesus menjadi perantara satu-satunya kepada Bapa. Sebagai Kebenaran, Ia adalah wujud nyata dari semua janji Allah dan gambaran sempurna tentang siapa Allah itu. Ketika Filipus meminta untuk melihat Bapa, Yesus menjawab bahwa siapa yang telah melihat Dia (Yesus), telah melihat Bapa — sebab kehidupan Yesus mencerminkan kasih, kebaikan, kekudusan, dan keadilan Allah. Sebagai Hidup, Yesus tidak hanya memberi kehidupan, tetapi Dia adalah sumber kehidupan itu sendiri.
Pada waktu Yesus mengatakan “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” itu selaras dengan pernyataannya dalam Yohanes 10:30 “Aku dan Bapa adalah satu”. Arti ayat tersebut adalah kesatuan esensi/hakikat (homoousios, “sehakikat”), bukan penghapusan perbedaan pribadi. Seperti diketahui Doktrin Tritunggal menyatakan: Allah itu satu hakikat (satu esensi/ousia) namun Allah itu tiga pribadi (hypostasis): Bapa, Anak (Yesus), Roh Kudus. Yesus sebagai Anak (Firman yang menjadi daging, Yohanes 1:14) tetap satu dalam hakikat dengan Bapa (sebagai Allah), tetapi dibedakan dalam pribadi.
Kalau disebut bahwa “daging Yesus itu satu dengan Bapa” artinya: Yesus sebagai Allah Anak adalah satu hakikat dengan Bapa, Yesus sebagai manusia mengambil natur manusia, tanpa mengubah hakikat keilahian-Nya. Yesus adalah manusia sejati dan Allah sejati. Ketika Yesus melakukan inkarnasi maka yang sebenarnya dilakukan adalah IA menambahkan natur (hakikat) manusia ke dalam diri-Nya. Sekali IA mengenakan kemanusiaan maka natur/hakikat itu tidak bisa dilepaskan lagi. Jadi ketika Yesus mengalami kebangkitan maka itu bermakna IA bangkit dengan kemanusiaan-Nya. Tentunya, kemanusian-Nya berubah menjadi tubuh kemuliaan.
Mereka yang percaya kepada-Nya menerima hidup yang kekal dan dibenarkan oleh iman bukan oleh perbuatan (Efesus 2:8). Itulah anugerah. Dengan mempercayai Yesus, kita memperoleh hubungan sejati dengan Allah dan kepastian keselamatan.
Yohanes 14 ayat 6 berbicara tentang posisi Tuhan Yesus sebagai penjamin keselamatan umat manusia. Ayat Alkitab ini menegaskan bahwa keselamatan ada di tangan Yesus Kristus, bukan pada yang lain (manusia, institusi apapun/Gereja) atau perbuatan baik manusia.