Bulan Desember biasanya sangat dinantikan oleh setiap orang Kristen, karena bulan Desember adalah momen kelahiran Yesus Kristus yang membuktikan kasihNya kepada manusia. Awal proses penyelamatan yang dijanjikan Allah itu digenapi melalui kelahiran putraNya Yesus Kristus.
Namun seringkali kita salah mengartikan Natal, dengan melakukan acara-acara special berupa ibadah Natal yang dilengkapi dengan berbagai acara yang sangat luar biasa, bahkan tidak segan-segan gereja-gereja mengeluarkan biaya puluhan sampai ratusan juta untuk membuat sebuah acara yang dikemas sangat menarik dan mengundang jemaat secara spesial. Banyak orang Kristen membuat acara spesial yang sangat istimewa, bahkan mengorbankan banyak waktu untuk berlatih, uang dan banyak hal yang dapat dilakukan untuk menyiapkan acara yang dikemas sangat spesial.
Kalau begitu, “Apa sebenarnya Nilai sebuah Hari Natal?” Kalau kita melihat dari sejarah Hari Natal sebenarnya adalah sebuah penderitaan yang dialami oleh seorang wanita muda yang bernama Maria, yang tiba-tiba mengandung dan resiko yang harus dihadapi oleh seorang wanita tanpa suami untuk mengandung seorang anak. Maria mengalami pergumulan yang sangat berat, disamping itu proses kelahiran Tuhan Yesus juga sangat berat karena Ia harus lahir dalam sebuah kandang domba yang kotor, bau dan menjijikkan. Natal berarti kesederhanaan yang didasarkan sebuah ketaatan dan kasih. Natal berarti kelahiran “Raja Damai” yang dilakukan dalam sebuah kehinaan dan kesederhanaan. Semua itu dilakukan semata-mata karena kasih.
Lukas 4:18-19 berbunyi “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang”. Dari ayat ini sebenarnya muncul “Nilai Natal” yaitu bahwa Natal adalah menjangkau jiwa yang terbelenggu untuk dibebaskan, penglihatan bagi orang-orang buta dan membebaskan orang yang tertindas. Dari ayat ini juga Natal dapat dimaknai sebagai hari dimana kita mengalami sebuah pertobatan. Ada perjumpaan pribadi antara manusia yang berdosa dengan Tuhan Yesus yang memberikan keselamatan bagi setiap orang yang percaya.
Hari-hari ini realita dalam kehidupan bergereja, banyak jemaat yang sepertinya dalam kondisi baik-baik: beribadah, melayani Tuhan setiap minggu, memiliki komunitas dalam gereja, tapi sebenarnya mereka tidak dalam keadaan baik-baik saja. Mungkin banyak yang menggunakan topeng dan kelihatan harmonis tetapi sebenarnya mereka sedang terluka bahkan melukai orang yang ada disekitarnya. Banyak tantangan dan pergumulan yang membuat iman mereka goyah. Disamping itu diluar sana banyak orang-orang yang semakin terbelenggu oleh kuasa dunia ini yang membawa pada kematian secara spiritual.
Melihat kenyataan yang terjadi di dunia sekitar kita, seharusnya kita makin menyadari bahwa di bulan Desember ini, kita harus berjuang untuk membawa kasih Tuhan, menghidupkan iman jemaat atau orang-orang disekitar kita. Kita perlu berpikir dan bergumul bagaimana “Nilai Natal” ini dapat melahirkan kembali roh yang jatuh cinta kepada Tuhan. Cinta yang mula-mula ini mulai menjamah kehidupan jemaat Tuhan dan orang-orang yang belum percaya.
Perayaan natal kita hendaknya menjangkau hati setiap orang-orang sekitar kita dengan pergumulannya masing-masing. Lakukanlah kunjungan pribadi kepada seorang yang Tuhan berikan. Perayaan Natal boleh dilakukan untuk membangun iman bersama tetapi kita juga perlu berfokus pada jiwa-jiwa secara prbadi sehingga jemaat sadar bahwa mereka membutuhkan Tuhan didalam setiap pergumulan yang sedang mereka hadapi.
Akhirnya, kata “Natal” memiliki nilai kekekalan bagi setiap orang yang kita layani. Saat orang yang kita layani benar-benar mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan Yesus, kelahiran Tuhan Yesus dihidupnya akan membawa makna dan dampak yang sangat besar untuk dirinya dan lingkungannya. Perjumpaan pribadi itu akan mengubahkan karakter dan pola pikir yang mengubahkan sebuah kehidupan seseorang. Marilah kita semakin memahami bahwa “Natal adalah Pemberitaan Injil Kabar Baik” yang memulihkan setiap pribadi. Amin.
“Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.”
(Yesaya 9:6)