“Apabila orang benar memegang kekuasaan, rakyat bersukacita; apabila orang jahat berkuasa, maka berkeluh-kesahlah mereka.”
(Amsal 29:2)
Tanggal 27 November 2024 ini, negara kita serentak melaksanakan pemilihan kepala daerah (Pilkada). Bagi kita yang berdomisili di kota Bandung, kita menerima dua kertas suara – yaitu untuk memilih calon Gubernur Jawa Barat dan calon Walikota Bandung – namun di beberapa daerah lain ada juga yang hanya memilih satu calon kepada daerah saja.
Karena hari pemungutan suara menjadi hari libur secara nasional, maka ada beberapa orang yang memanfaatkan hari ini sebagai kesempatan untuk berwisata dan tidak berpartisipasi dalam menggunakan hak pilihnya. Alasan yang umum mereka lontarkan adalah “Tidak ada pemimpin yang cocok”, “Siapapun yang memimpin hasilnya sama saja” dan banyak lagi pernyataan-pernyataan pesimistis dalam pemilihan pemimpin negara atau daerah yang dilaksanakan.
Namun perlu kita ingat bahwa Tuhan – yang memanggil kita sebagai terang dan garam dunia – menghendaki agar kita peduli dengan kepemimpinan bangsa kita, karena sebagaimana ayat diatas mengatakan bahwa jika pemimpin yang berkuasa adalah orang benar – artinya orang yang hidup takut akan Tuhan dan berintegritas – maka rakyat akan bersukacita. Kalau begitu apa peran kita dalam menentukan pemimpin bagi daerah kita masing-masing?
1. Gunakanlah hak pilih kita dengan hikmat dan tuntunan Tuhan. Sebagai anak-anak Tuhan hendaknya kita tidak masa bodoh atau apatis dengan pemilihan pemimpin bagi daerah atau bangsa kita, kita harus menganalisa dengan cermat rekam jejak (track record) dari calon yang akan kita pilih. Bagaimana integritas dan kejujurannya, bagaimana ideologinya tentang kebhinekaan, bagaimana visinya tentang mensejahterakan rakyat. Sebab jika yang kita pilih adalah orang yang tamak (koruptor), memiliki ideologi yang radikal atau hanya sekedar mengejar jabatan demi kepentingan diri sendiri dan golongannya, maka dapat dipastikan kepemimpinannya akan membawa banyak keluh kesah bagi rakyat. Oleh karena itu, kita perlu berdoa dan minta hikmat Tuhan untuk dapat menilai calon pemimpin yang kita pilih.
2. Mendoakan pemimpin dan juga orang-orang percaya yang ada di pemerintahan. Dalam 1 Timotius 2:1-2, Paulus menasehatkan agar kita menaikkan permohonan dan doa syafaat bagi para pemimpin, agar kita pada akhirnya dapat hidup tenang dan tentram. Hal ini mengingatkan kita bahwa peran orang percaya bukan hanya mencoblos dalam pemilu atau pilkada saja, tetapi juga terus mendoakan para pemimpin yang terpilih agar mereka hidup dalam kesalehan dan kehormatan. Kita juga perlu mendoakan orang-orang percaya yang duduk di pemerintahan agar mereka dapat menjadi teladan yang baik dalam setiap keputusan yang diambil oleh pemerintahan yang ada.
Mari kita gunakan hak pilih kita dengan sebaik-baiknya dan tetap berdoa bagi bangsa kita karena Tuhanlah yang berdaulat penuh dalam menentukan pemimpin-pemimpin yang ada. Amin.
Mari gunakan hak pilih anda dengan baik dan terus berdoa syafaat bagi bangsa kita.