KEBEBASAN FINANSIAL

Kata-Nya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.” (Lukas 12:15)

Malcolm Forbes adalah seorang pengusaha Amerika yang paling dikenal sebagai penerbit majalah Forbes. Majalah Forbes berisikan tentang bisnis global serta seringkali menerbitkan orang-orang terkaya di dunia dan perusahaan-perusahaan sukses. Forbes sering diingat karena beberapa ucapannya, salah satunya yang sering ia ucapkan adalah, “He who has the most toys wins.” (“Dia yang memiliki mainan paling banyak adalah pemenangnya.”) Forbes menghabiskan jutaan (atau mungkin miliaran) untuk pesta, perjalanan, dan koleksi kapal pesiar, pesawat, seni, sepeda motor, kastil, balon udara, serta telur Fabergé, yang sebagian di antaranya bisa bernilai lebih dari satu juta dolar per item.

Kepemilikan, pembelian barang serta jasa, sebagai jalan menuju kebahagiaan dan status sosial telah menguasai pola pikir masyarakat dunia. Belanja iklan global diperkirakan meningkat 10,5% tahun ini menjadi total $1,07 triliun, menurut perkiraan terbaru tanggal 26/8/2024 WARC (World Advertising Research Center), pusat penelitian periklanan dunia yang menyediakan basis data daring berisi informasi pemasaran dan periklanan. Dunia kita didorong oleh media dan nilai-nilai yang menekankan kepemilikan materi sebagai indikator kesuksesan dan juga kebebasan finansial. Dunia berkata seseorang bebas finansial ketika ia dapat membeli apa saja dan menjadi apa pun yang diinginkan hatinya.

Seorang Reformed Teologi yang bernama Tim Keller berkata: “Dosa tidak hanya melakukan hal-hal buruk namun yang lebih mendasar adalah menjadikan hal-hal yang baik menjadi hal-hal yang paling utama. Dosa adalah membangun hidup Anda dan memberi makna pada apa pun, bahkan hal yang sangat baik melebihi Allah. Itu bisa dalam bentuk apapun yang kita bangun dalam kehidupan kita yang mengontrol dan memperbudak kita. Dosa yang terutama adalah penyembahan berhala.” Pada bagian lain dia mengatakan tentang berhala itu, “Anything that is so central and essential to your life, that should you lose it, your life would feel hardly worth living. In other words, an idol is a counterfeit God.” (“Apa pun yang begitu sentral dan esensial dalam hidup Anda, sehingga jika Anda kehilangannya, hidup Anda akan terasa hampir tak berharga untuk dijalani. Dengan kata lain, berhala adalah Tuhan yang palsu.”)

Dalam bukunya yang berjudul Counterfeit God, Tim Keller berbicara mengenai dua berhala yaitu berhala yang tersembunyi dan berhala yang kelihatan. Berhala yang kelihatan adalah misalnya kemewahan yaitu ada orang yang suka beli barang mewah sekalipun harus rela berhutang demi mendapatkan kemewahan itu. Sebaliknya berhala yang tersembunyi adalah orang yang membeli sesuatu untuk mendapatkan status atau penghargaan dari orang lain. Namun ada juga orang yang hidupnya sederhana sekali, rumahnya kecil atau mungkin kendaraannya sederhana tetapi waktu orang tersebut meninggal setelah diperiksa ternyata simpanan hartanya banyak. Jadi orang tersebut mungkin yang kelihatan tidak punya berhala karena hidupnya sederhana tetapi ternyata rasa amannya (berhalanya) ada dalam simpanan hartanya.

Dalam perumpamaan orang kaya yang bodoh ini, kita melihat bahwa orang kaya ini berfokus sepenuhnya pada kekayaan duniawi. Ia menimbun harta, merasa aman, dan puas dengan kekayaan yang ia miliki. Hal ini juga mencerminkan kecenderungan banyak orang di zaman sekarang, yang mungkin merasa bahwa kekayaan materi adalah segalanya. Sebagai orang percaya, kita harus berjaga-jaga dan waspada terhadap ketamakan, sebab sekali pun seseorang berlimpah harta, hidupnya tidak tergantung dari kekayaan tersebut (ayat 15). Kebahagiaan, kedamaian, dan kepuasan tidak bergantung pada kepemilikan dan kekayaan. Hidup kekal tidak bergantung pada kepemilikan dan kekayaan yang sementara sifatnya. Jadi, kebebasan finansial menurut firman Allah sudah pasti berbeda dengan dunia ini. Kebebasan finansial yang alkitabiah mencakup tiga hal:

Pertama, bebas dari perbudakan hutang (Amsal 22:7; Roma 13:8; Amsal 22:26-27; Ulangan 28:44), sebab kita butuh kebijaksanaan ekstra untuk berurusan dengan hutang, dan hutang akan mempengaruhi keseluruhan hidup kita.

Kedua, ialah yang dapat memenuhi standar hidup yang layak. Indikatornya adalah tercukupinya kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Sedangkan tantangannya adalah gaya hidup. Berdoalah seperti Agur, “Berilah aku sekedar cukup untuk memenuhi keperluanku.” (Amsal 30:8 FAYH)

Kemudian yang ketiga dan tidak kalah penting adalah melalui keuangan kita, kita dapat melakukan pekerjaan Tuhan di bumi. Yesus katakan mereka yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri tetapi tidak berusaha menjadi kaya di mata Allah adalah orang bodoh (Lukas 12: 20-21). Berkat yang meningkat dari hari ke hari, bukan untuk meningkatkan standar gaya hidup, melainkan untuk meningkatkan standar pemberian kita. Percayalah, ketika kita tidak menjadi budak hutang, memiliki standar hidup yang layak, dan turut serta dalam pekerjaan Tuhan, di titik itulah kita bebas mengatur uang kita, bukan uang yang mengatur kita. Itulah kebebasan finansial yang sejati!

Janganlah kita menjadi budak uang, tetapi percayalah kepada kasih karunia TUHAN, yang menyediakan setiap kebutuhan kita sesuai dengan kehendak-Nya dan untuk memuliakan-Nya melalui karya dan pelayanan kita untuk kerajaan-Nya di bumi ini!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *