5 ROTI DAN 2 IKAN

Saya yakin kita sangat familiar dengan kisah Tuhan Yesus memberi makan 5.000 orang dengan 5 roti dan 2 ikan. Kendati demikian, saya percaya kita perlu terus melatih diri kita agar tidak melewatkan berbagai pembelajaran yang termuat dalam cerita ini. Pasti ada sebuah alasan penting mengapa keempat Injil mencatatnya (Matius 4:13–21, Markus 6:34–44, Lukas 9:10–17 dan Yohanes 6:1-14). Kisah Tuhan Yesus memberi makan 5.000 orang diawali ketika Ia hendak menyingkir ke tempat sunyi setelah mendengar bahwa Yohanes Pembaptis dibunuh. Tetapi orang banyak ternyata mengikuti Yesus, dan Yesus pun tergerak dengan belas kasihan untuk mengajar dan juga menyembuhkan yang sakit.

Sudahkah kita belajar memiliki belas kasihan seperti Yesus ketika kita melihat kondisi dunia yang semakin merosot ini? Apakah kita bersedih melihat dosa dan penderitaan yang terjadi di sekeliling kita? Dewasa ini, orang-orang semakin egosentris. “Masalahmu adalah masalahmu”, “Tidak perlu mengurusi masalah orang lain, masalah sendiri aja udah susah”. Sebagai orang Kristen kita harus belajar untuk tetap peduli terhadap lingkungan sekitar kita, dan tentunya sambil dipenuhi sukacita.

Tuhan Yesus tidak menggerutu ketika harus mengajar dan menolong orang-orang ditengah keinginan awalnya untuk menyendiri di tempat sunyi. Yesus tetap dipenuhi dengan kerinduan dan sukacita sekalipun akhirnya Ia harus melayani mereka.

Kisah berlanjut dengan hari menjelang malam dan jemaat perlu makan. Para murid menyarankan untuk menyuruh mereka pulang, tetapi Yesus ingin menyediakan makanan bagi mereka di sana. Disinilah kita belajar bahwa Yesus tidak hanya peduli dengan masalah kerohanian mereka saja, tetapi juga dengan kebutuhan jasmani mereka. Banyak orang Kristen/gereja hanya peduli dengan masalah kerohanian jemaatnya, tetapi ketika mereka sedang kesusahan, apakah gereja melakukan aksi yang nyata bagi mereka? Sejujurnya, kita sering tidak sungguh-sungguh melayani jemaat seperti Yesus melayani. Klimaks cerita semakin memuncak ketika murid berkata di sini HANYA ada 5 roti dan 2 ikan. Tetapi di tangan Yesus, sejumlah kecil makanan itu sudah cukup. Di tangan Tuhan, kita sekalian yang seringkali memandang diri tidak mampu dan terbatas akan dimampukan. 

Lalu bagaimana reaksi Tuhan Yesus dalam menyikapi makanan tersebut. Ia MENGUCAP SYUKUR terlebih dahulu. Sudahkah kita bersyukur atas apa yang Tuhan sediakan bagi kita? Atau kita merasa bahwa kemampuan yang dari-Nya itu kurang? Kita sering mengeluh bahwa kita tidak efektif melayani karena kita tidak punya banyak uang, tidak punya jabatan yang tinggi, dan sebagainya. Tetapi sebenarnya TIDAK PERLU KENYAMANAN UNTUK BISA PELAYANAN.

Pada akhirnya, Yesus membagikan roti dan ikan yang telah dipecahkan kepada murid-murid dahulu, baru mereka membagikannya kepada jemaat. Ini menandakan bahwa Yesus tetap merindukan peran aktif kita dalam melayani. Yesus adalah sumber kemampuan kita, dan kita adalah perpanjangan tangan-Nya bagi dunia. Kita adalah garam dunia dan terang dunia. Kiranya renungan ini memberkati kita semua. Soli Deo Gloria.

TIDAK PERLU KENYAMANAN UNTUK BISA PELAYANAN.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *