VIRAL

“Karena dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah, sehingga kami tidak usah mengatakan apa-apa tentang hal itu.”
(1 Tesalonika 1:8)

Beberapa waktu lalu netizen di Indonesia ramai membagikan gambar garuda berlatar warna biru di media sosial. Pada hari Rabu (21/8/2024), banyak yang mengunggah Instagram Stories dengan menampilkan visual tersebut. Di platform X, netizen juga ramai-ramai membanjiri kolom percakapan dengan gambar garuda biru. Narasi yang beredar di media sosial ramai membahas soal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) pada Selasa (20/8), bahwa partai politik (parpol) tidak perlu memiliki kursi di DPRD untuk dapat mengajukan calon kepala daerah. Gerakan ‘Peringatan Darurat’ itu merujuk pada ajakan untuk sama-sama mengawal jalannya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.

Perkembangan teknologi internet dan media sosial membuat banyak content creator mulai bermunculan dan berlomba-lomba untuk membuat konten yang viral, sehingga kontennya dapat menarik banyak viewers atau followers. Dalam media sosial, istilah viral berarti menyebarnya suatu berita atau informasi secara luas dan cepat, persis seperti cara kerja virus, yang menjadi asal dari kata ini. Informasi itu bisa berupa video, audio, foto, atau tulisan yang menyedot perhatian serta menjadi perbincangan publik. Sayangnya, informasi yang viral justru lebih sering berupa hal-hal negatif, seperti skandal artis, kasus asusila, korupsi, berita kriminal bahkan informasi yang menyesatkan alias hoaks. Sebenarnya banyak konten yang bisa menjadi viral, baik itu kuliner, hiburan, gaya hidup, isi khotbah, olahraga, hukum dan banyak lagi. Bahkan ada ungkapan “no viral no justice”, yang dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah “tidak viral tidak ada keadilan”, tidak hanya sekadar jargon semata, tetapi ini strategi untuk mendapatkan keadilan. 

Beberapa waktu lalu pernah viral isi khotbah seorang pendeta yang menyinggung soal ritual agama lain dimana sebenarnya khotbahnya itu untuk internal jemaatnya namun menjadi viral di media sosial dan menjadi masalah hukum. Kemudian baru-baru ini viral juga isi khotbah seorang pendeta Karismatik dimana dulu saat masa pandemic COVID-19 menyatakan bahwa masa new normal itu sedang menuju one world order, dimana WHO mengimbau untuk pakai masker, kemudian dikatakannya one world order adalah tahta untuk Lucifer, tahta untuk Antikris. Kemudian beberapa waktu kemudian setelah kondisi normal kembali, pendeta yang sama ini menyatakan bahwa orang masih ribut mengatakan tentang vaksin berasal dari antikris, orang masih ribut bicara tentang pakai masker, masih ribut bicara gerakan new world order. Disebutkannya “Eh, jangan kerasukan setan lu..” Memang namanya jejak digital itu sadis saudara-saudara, jadi yang berkhotbah harus hati-hati. Bahkan juga masih viral di Youtube dan IG tentang seorang oknum pendeta di Blitar yang melecehkan kakak beradik yang masih di bawah umur berulang kali. Ada pula viral di tengah ibadah dua oknum pendeta berebutan satu mimbar gereja untuk berkhotbah pada saat yang sama. 

Namun sebenarnya viral tidak selalu berkonotasi negatif, karena berbagai informasi yang inspiratif dan memotivasi juga memberi manfaat besar bagi banyak orang. Sebelum era media sosial, berbagai informasi juga tersebar luas dengan cara berbeda. Utamanya adalah melalui pemberitaan lisan, dari mulut ke mulut. Salah satunya adalah mengenai jemaat Tesalonika, satu kota di wilayah utara Yunani. Rasul Paulus memberitakan Injil di kota itu sehingga terbentuklah sebuah jemaat. Sekalipun mereka menghadapi penindasan yang berat, namun mereka terus bertumbuh dan bertekun dalam iman serta perbuatan kasih (ayat 3). Iman dan kebaikan mereka menjadi viral sehingga menjadi teladan di Makedonia dan Akhaya, wilayah selatan Yunani yang luas, serta ke daerah-daerah lain.

Kita adalah duta-duta Kerajaan Sorga. Apakah yang kita tawarkan kepada dunia di sekeliling kita? Apakah kita menjaga apa yang kita katakan dan lakukan setiap hari terhadap orang-orang terdekat kita? Tuhan telah titipkan mereka untuk kita berikan pengaruh yang benar dan baik. Apakah kita sudah memberi gambaran yang benar tentang isi hati Tuhan kepada anak-anak kita? Apakah kita sudah menggambarkan kasih Kristus kepada pasangan hidup kita? Apakah kita sudah melakukan apa yang Yesus ajarkan untuk kita perbuat bagi mereka yang memusuhi kita? Mereka semua adalah orang-orang yang Tuhan tempatkan di dekat kita.

Andai perilaku atau perbuatan kita menjadi viral, apakah itu akan berdampak positif bagi banyak orang ataukah sebaliknya? Kita hendaknya ingat bahwa kita adalah wakil-wakil Allah untuk menyebarkan kasih-Nya kepada dunia. Biarlah kiranya kita dikenal bukan karena sensasi atau berita buruk, melainkan karena kasih dan teladan baik yang dapat memberkati banyak orang. Hanya dengan ini Kristus akan diberitakan ke seluruh dunia, karena semua orang Kristen sadar tentang pentingnya berkhotbah tanpa kata-kata, yaitu dengan sikap dan tindakan. Berita Kabar Baik tentang Yesus merupakan kebutuhan semua umat manusia, semua membutuhkan keselamatan. AMIN!

HENDAKNYA KESAKSIAN DAN TELADAN IMAN KITA TERSIAR VIRAL, SERTA MENUNTUN BANYAK ORANG MENGALAMI KASIH ALLAH YANG KEKAL.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *