Bacaan: Ibrani 10:19-39
“Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.”
(Ibrani 10:39)
Belakangan ini di tayangan youtube banyak ditampilkan orang-orang yang meninggalkan iman Kristen dan kemudian mereka memeluk kepercayaan yang lain. Banyak di antara mereka beralasan karena akhirnya mereka merasa bahwa kekristenan adalah agama yang tidak masuk akal, seperti tidak menerima kenyataan bahwa Tuhan bisa lahir atau memiliki anak, Tuhan bisa mati, kemudian bisa bangkit. Kemudian tidak lagi percaya dengan kebenaran Alkitab yang merupakan Firman Allah, karena dianggap hanya tulisan manusia biasa, banyak kesalahan dan banyak hal yang kontradiktif. Itulah alasan-alasan mereka meninggalkan iman Kristen, padahal sebelumnya banyak di antara mereka yang sangat menguasai dan mempelajari Firman Tuhan. Tidak sedikit juga mereka yang sudah terlibat dalam berbagai pelayanan bahkan penginjilan, tetapi akhirnya imannya kandas juga.
Apa yang harus terus dibangun agar iman kita semakin kokoh di dalam Tuhan:
1. Percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat secara pribadi.
Ayat 20 versi BIMK hendak meyakinkan kita bahwa dalam pengorbanan Yesus di kayu salib, Ia sudah membuat suatu jalan yang baru untuk kita, yakni jalan menuju kehidupan kekal, sehingga yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa, sedangkan yang tidak percaya pasti dihukum. Keyakinan inilah yang harus senantiasa kita pegang sepanjang hidup, sehingga ketika ada goncangan apapun kita tidak mudah melepaskan kepercayaan tersebut. Esensi kekristenan bukan sekedar ‘beragama’ (upaya manusia untuk mencapai keselamatan), namun meresponi anugerah Tuhan yang sudah menyelamatkan umat manusia.
2. Percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang benar dan tanpa salah.
Sekalipun Alkitab ditulis oleh manusia biasa, namun semua tulisan mereka diilhamkan oleh Allah (inspired by God). Diilhamkan artinya mereka mendapat arahan, hikmat, dan tuntunan yang sempurna dari Allah ketika menuliskannya. Tidak mungkin ada kesalahan dalam setiap penulisan yang dilakukan. Kalaupun ada hal-hal yang sepertinya ‘keliru’ atau ‘kontradiktif’, itu bukan salah, melainkan Alkitab yang ditulis dalam jangka waktu yang sangat panjang, dengan budaya yang beragam, serta proses penyalinan dari berbagai bahasa dan media tulis, sehingga sangat wajar bila ditemukan teks-teks yang tidak utuh atau kurang dimengerti. Oleh karena itu penting untuk kemudian minta pimpinan Roh Kudus setiap kali membaca dan merenungkan Firman Tuhan, serta belajar untuk menggali dengan benar setiap Firman yang dibaca. (2 Timotius 3:14-16).
3. Membangun Persekutuan pribadi dengan Tuhan dan sesama.
Ayat 25 menjadi kunci juga dalam menguatkan iman percaya kita, yakni dengan terus membangun persekutuan pribadi dengan Tuhan maupun dengan sesama. Iman yang kokoh tidak terbentuk dari menjalankan rutinitas keagamaan saja, iman yang kokoh terbentuk dari persekutuan pribadi dengan Tuhan setiap hari, seperti akar sebuah pohon yang terus merambat dalam tanah. Sehingga ketika pohon itu semakin besar, kemudian datang goncangan, ia tidak akan mudah untuk ditumbangkan. Kedua dengan terus membangun persekutuan dengan sesama. Hal ini bertujuan untuk saling menguatkan satu dengan yang lain, kita menguatkan dan kita dikuatkan, itulah esensi persekutuan dengan sesama orang percaya.
Untuk itu, hal apapun yang berusaha menggoyang iman percaya kita, baik dari dalam maupun dari luar, serahkan keraguan kita dan putuskan untuk semakin percaya kepada Tuhan dan Firman-Nya, maka Ia akan berkenan kepada setiap kita. Amin.
Jangan sampai iman kita kandas
karena kita tidak membangun iman diatas landasan yang benar.