”Jangan ada perkataan busuk yang keluar dari mulutmu melainkan perkataan apa pun yang baik, untuk membangun sesuai dengan kebutuhan, sehingga itu memberikan apa yang baik kepada para pendengar.”
Efesus 4:29
Kalau kita mempelajari 2 sisi mata uang yang ada di seluruh dunia, dipastikan bahwa kedua sisi pasti memiliki perbedaan, demikian juga kehidupan manusia memiliki 2 sisi karena manusia terus berproses, sisi baik dan sisi buruk. Kalau kita bertanya sampai kapan kita berproses untuk mengikis sisi buruk kita, jawabannya adalah “Sepanjang kehidupan kita”.
Sisi buruk manusia sering kali melahirkan sebuah luka yang kadang sangat dalam bagi seorang pribadi, apalagi pribadi itu seorang yang terluka (hidup dalam toxic), ini akan terus melukai dan membuat orang tersebut juga bertutur kata negatif, dengan apa yang dia dengar.
Disinilah terjadi perkataan yang menyakitkan seorang pribadi yang lain. Perkataan yang menyakitkan itu adalah perkataan negatif berupa sumpah serapah, sindirian-sindirian yang melukai, kata-kata kutuk dan lainnya. Sebagai contoh adalah “Kamu anak sial, anak yang tidak tahu diuntung, sejak kamu lahir keluarga kita semakin mengalami keterpurukan dalam dunia ekonomi. Setiap ada masalah pasti kamulah biang keladinya sehingga persoalan semakin besar. Kamu harusnya diam tidak usah berusaha apapun dan bicara apapun.” Itu adalah contoh perkataan yang sifatnya negatif.
Percakapan dapat mempererat persahabatan, memperbaiki kesalah-pahaman, menguatkan iman, dan memperkaya kehidupan, tetapi hal itu tidak terjadi secara otomatis. Raja Salomo yang bijaksana menyatakan pengamatannya, “Ada orang yang berbicara tanpa dipikir bagaikan dengan tikaman-tikaman pedang, tetapi lidah orang-orang berhikmat adalah penyembuhan.” (Amsal 12:18).
Sebagai hamba-hamba Tuhan, kita menginginkan percakapan kita menyembuhkan dan membangun ketimbang menyakiti atau meruntuhkan. Kita juga ingin sekali menggunakan lidah kita untuk memuji Tuhan. Sang pemazmur bernyanyi, “Karena Allah kami nyanyikan puji-pujian sepanjang hari, dan bagi nama-Mu kami mengucapkan syukur selama-lamanya.” – Mazmur 44:9.
Jadi akhirnya bagaimana dengan kehidupan kita? Apakah perkataan yang kita keluarkan setiap hari adalah perkataan yang positif dan membangun kehidupan orang sekitar kita. Atau perkataan kita adalah perkataan yang “menghancurkan karakter seseorang”. Mari kita terus berproses memiliki karakter Kristus di sepanjang kehidupan kita. Pelayanan yang sejati bukan saat kita berdiri di atas mimbar saat membangkitkan jemaat dengan kata-kata firman dan kata-kata yang memotivasi. Pelayanan yang sejati adalah saat kita bertutur kata positif di seluruh lingkungan dimana Tuhan menempatkan kita, mulai dari Yerusalem kita, lingkungan pekerjaan atau studi, pelayanan dan di masyarakat. Tuhan memberkati.
Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu,
manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang.
(Amsal 16:24)