Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: ”Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”
(Yoh. 8:12)
Bagi kita yang sekarang ini hidup di perkotaan, mungkin peran sinar matahari tidak terlalu dirasakan. Hanya sesekali mungkin kita diingatkan akan pentingnya hal tersebut ketika berjemur di pagi hari, atau ketika kita sedang jalan pagi melihat beberapa orang tua sedang duduk depan rumah menikmati panasnya matahari. Namun tidak halnya bagi orang-orang yang bekerja di kebun ataupun orang-orang yang hidup jauh sebelum kita. Cahaya atau terang menjadi penentu arah dan waktu yang sangat penting bagi orang yang sedang berkelana di hutan atau bagi orang yang bekerja di sawah atau perkebunan.
Dalam kehidupan spiritual kitapun demikian adanya. Kita sejatinya selalu bergantung pada sesuatu dalam kehidupan ini. Kita selalu mencari “terang” yang dapat kita ikuti, baik kita sadari maupun tidak. Siapakah atau apakah yang kita jadikan sebagai “terang” itu? Banyak orang modern menjadikan diri mereka sebagai “terang” itu sendiri. Mereka menjadikan pemikiran mereka sebagai sumber utama dari kebenaran. Ada juga yang menjadikan alam semesta ini sebagai yang utama, tetapi kita sebagai orang Kristen tentu tahu bahwa terang utama itu adalah Yesus. Dia sendiri bahkan menyatakan secara eksplisit dalam Yohanes 8:12 bahwa Dialah terang dunia yang perlu kita ikuti.
Tidak berhenti sampai di sana saja, John Lennox memberi perspektif yang menarik dalam bukunya “7 Days that Divide the World” mengenai Yesus sebagai terang. Memang betul bahwa Yesus yang adalah Firman (Yoh. 1:1) dan Firman itu adalah pelita (Maz. 119:105), tetapi Yesus bukan sekadar sebuah senter yang kita gunakan ketika kita membutuhkannya saja. Yesus bukanlah alat penerang yang kita bawa sesuai tujuan kita. Ketika kita membaca ulang Yoh. 8:12, jelas dikatakan “… barangsiapa siapa mengikut Aku …”. Artinya Yesus bukanlah alat, Yesus adalah sosok Pribadi – dan lebih lagi – Dia memiliki suatu tujuan. Dia adalah Tuhan yang bermisi. Hal ini akan sangat penting untuk kita pahami karena banyak orang Kristen sekadar menjadikan Tuhan sebagai alat yang kita cari hanya ketika kita dalam masalah dan penderitaan lalu kemudian kita melupakan Sang Terang itu.
Seseorang yang sungguh menjadikan Tuhan sebagai “Terang hidupnya” akan mengerti bahwa ia harus terus mengikuti kemana Terang itu pergi. Seseorang yang sungguh menjadikan Tuhan sebagai Terang akan menjadi seorang Kristen yang terus bertumbuh dan tak pernah berhenti memberkati dengan hal-hal yang mungkin tak terbayangkan sebelumnya.
Jadi, hidup di era yang berkembang begitu pesat harusnya tidak membuat kita sebagai orang Kristen yang kehilangan tujuan atau mati kutu. Mengapa? Karena Terang yang kita ikuti adalah Terang yang bergerak dan Dia sangat tahu apa yang perlu dilakukan.
Tunggu apa lagi? Carilah Dia selalu!!
Tanyalah Dia selalu!! Ikuti Dia selalu!!