TERHIMPIT

Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. (Matius 13:7)

Di tengah suasana sukacita yang kita rasakan atas ulang tahun gereja kita yang ke-36, sayangnya kita juga mendengar kabar dukacita yang datang dari seberang sana, yakni di Korea Selatan. Setelah penantian panjang selama 3 tahun akibat pandemi, para warga khususnya anak muda sudah siap menghadiri festival Halloween yang diadakan di daerah Itaewon pada akhir Oktober lalu. Siapa yang menyangka bahwa acara tersebut ternyata malah memakan sekitar 150 korban jiwa, karena begitu banyaknya orang yang terhimpit akibat desak-desakan yang begitu parah.

Begitulah mengerikannya jika kita terhimpit. Awalnya mungkin kita merasa aman, namun kian lama kita mulai merasakan bahwa ruang yang kita miliki semakin sempit, dan akhirnya kita berakhir dalam kesesakan yang dapat berujung pada kematian.

Hal yang samapun dapat terjadi pada kerohanian kita. Matius 13:7 memperlihatkan kepada kita bagaimana kerohanian seseorang dapat sangat terganggu ketika ada “semak duri” yang terus tumbuh dalam hidup kita. Semak duri itu akan menghimpit setiap benih Firman yang ditabur sehingga pada akhirnya benih tersebut tidak dapat bertumbuh dan mendewasakan kita.

Apa wujud “semak duri” itu? Tentu ada banyak macamnya, namun satu hal yang perlu menjadi perhatian kita adalah kegiatan kita sehari-hari. Bagaimana kita menghabiskan waktu kita setiap harinya? Lebih banyak dengan kesenangan duniakah atau hal-hal yang membangun kerohanian kita? Kita seringkali bernyanyi atau berkata bahwa Tuhan adalah tempat kita bernaung, tetapi kenyataannya mungkin ketika kita stress dengan pekerjaan dan sebagainya, kita lebih memilih untuk menonton hiburan atau kesenangan lain yang tidak membangun kerohanian kita.

Bukannya tidak boleh, namun kita perlu merenungkan berapa banyak waktu yang kita investasikan untuk membangun kerohanian kita. Jangan puas hanya bertemu dengan Tuhan 1 jam di gereja, dan mungkin 10 menit renungan setiap hari. Ketika kita punya kesempatan, rencanakanlah hal-hal yang dapat mendewasakan kita. Jangan hanya berikan waktu sisa untuk Tuhan. Sulitkah? Jelas! Namun jika kita melakukan semuanya itu atas dasar kecintaan kita pada Tuhan, semuanya akan menyenangkan. Semuanya bukanlah sebuah beban atau paksaan, namun sebuah kerelaan dan kesukaan.

Pada akhirnya, seiring dengan bertambahnya umur gereja kita, kiranya bertambah jugalah dorongan untuk kedewasaan rohani gereja. Kedewasaan gereja sendiri diukur dari kedewasaan setiap kita sebagai anggota jemaat. Yuk, kita sama-sama kembali kepada kasih Tuhan dan lebih giat lagi memperhatikan kedewasaan rohani kita. Amin.

TERHIMPIT ROHANI TIDAK TERJADI SECARA MENDADAK.
NAMUN BISA SANGAT MEMATIKAN.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *