Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya Tuhan, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama-Mu.
(Mazmur 86:11)
Sebagaimana perumpamaan Tuhan Yesus tentang gandum dan lalang yang tumbuh bersama, dikatakan dalam perumpamaan itu, “Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai”. Pada waktunya, akan terlihat mana gandum dan mana pula lalang yang akan dibakar (Matius 13:24-30, 36-43).
Pemahaman yang hendak kita petik dari perumpamaan itu adalah selama kita hidup selalu akan ada yang menghimpit hidup kita ini. Himpitan itu bisa saja datang dari orang yang membenci kita, maupun orang yang tidak menyukai keberadaan kita sebagai seorang Kristen, atau bisa juga kita dihimpit oleh berbagai macam kesusahan mulai dari masalah keluarga, anak, ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya.
Seperti itu juga yang dapat kita lihat dalam Mazmur diatas, ketika pemazmur menghadapi kesusahan oleh sebab orang-orang yang hendak mencabut nyawanya. Dia dihimpit keadaan yang sangat berat dari orang-orang yang sombong, angkuh, dan yang tidak memperdulikan Tuhan (ay. 14). Namun demikian kita dapat melihat bagaimana pemazmur memiliki ketenangan sebab imannya kepada kasih setia Tuhan.
Dari pengalaman pemazmur ini, kita mendapat sebuah pelajaran yang berharga, yakni bagaimana kita tetap dapat bertahan sekalipun himpitan yang begitu berat terjadi dalam hidup kita. Bagaimana kita tetap mempertahankan jati diri kita sebagai “gandum” diantara himpitan “lalang”?
Memohon agar Tuhan memberikan pengajaran dan tuntunan-Nya.
Inilah yang pertama diminta oleh pemazmur, yaitu supaya Tuhan menunjukkan jalan-Nya dan juga membulatkan hatinya (ay. 11). Seberat apapun penderitaan itu, semua dapat dilalui dan diatasi jika Tuhan yang menuntun kita. Namun tuntunan Tuhan hanya dapat kita peroleh jika kita benar-benar membulatkan hati untuk mempercayai kasih setia Tuhan. Sebab tidak mungkin kita bisa mendapatkan tuntunan Tuhan jika kita mendua hati kepada Tuhan dan juga kepada alternatif-alternatif lain diluar Tuhan. Itu sebabnya Firman Tuhan mengatakan “Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya” (Yakobus 1:8). Selama kita tidak membulatkan hati dalam meminta pertolongan Tuhan, maka selama itu kita akan terus dilingkupi rasa kuatir dan ketakutan, namun dengan membulatkan hati untuk percaya penuh pertolongan Tuhan, maka akan ada ketenangan dalam menghadapi setiap persoalan yang datang.
Membangun persekutuan yang intim dengan Allah.
Kemudian pemazmur juga memperlihatkan pada kita bagaimana hubungannya dengan Tuhan yang begitu intim, pemazmur mengenal seperti apa Tuhan itu, dan Tuhan juga di-imaninya sangat mengenal siapa dirinya. Pemazmur memberikan gambaran tentang pengenalannya kepada Tuhan mengenalnya seperti seorang ibu terhadap anaknya (ay. 16). Jika hubungan kita dengan Tuhan demikian intimnya, apa yang tidak mungkin? Semua pasti dapat teratasi dan dapat kita hadapi. Jika kita memelihara hubungan yang baik dengan Tuhan, maka itu adalah kekuatan, pengharapan dan keyakinan kita bahwa kasih setia Tuhan tidak akan pernah jauh dari hidup kita. Itulah sebabnya Rasul Paulus menuliskan “…bahwa dalam persekutuan-mu dengan Tuhan, jerih payahmu tidak sia-sia”(1 Korintus 15:58).
Dari pemahaman ini kita dapat mengerti bahwa persekutuan kita yang intim dengan Tuhan bukan berarti tidak lagi ada penderitaan maupun pergumulan hidup, tetapi persekutuan yang intim dengan Tuhan yang terus kita pelihara itu tidak akan sia-sia karena kita akan melihat buah dari persekutuan kita selama ini ketika pergumulan itu datang, bahwa pada saatnya orang benar akan melihat buah dari iman dan persekutuannya dengan Tuhan. Amin.
Ditengah-tengah kesulitan dengan rendah hati, marilah kita terus membangun keintiman kita dengan Allah.
Sebab seberat apapun penderitaan itu, semua dapat dilalui dan diatasi jika Tuhan yang menuntun kita.