Jalan pintas seringkali menjadi solusi bagi orang-orang yang ingin cepat memperoleh hasil atas usahanya. Misalnya: Kaya dalam waktu singkat, menjadi juara dengan usaha minimal, cantik dengan perombakan sekejap (operasi plastik) dan lain seterusnya.
Jalan pintas tidak selalu merupakan perbuatan dosa, namun mentalitas jalan pintas berpotensi besar untuk membawa orang ke jalan dosa. Sifat loba atau tamak adalah salah satu contoh dari mentalitas jalan pintas. Orang yang loba atau kemaruk mudah terpeleset jatuh ke lubang dosa.
Dalam Amsal 15:27, “Siapa loba akan keuntungan gelap mengacaukan rumah tangganya, tetapi siapa membenci suap akan hidup”.
Orang yang loba atau kemaruk akan menghalalkan segala cara demi hasil yang memuaskan, bahkan ia tidak segan mengorbankan kepentingan bahkan nyawa orang lain guna mencapai tujuannya. Firman Tuhan mengajarkan bahwa sebenarnya orang yang menempuh jalan pintas sedang “menghadang darahnya sendiri dan mengintai nyawanya sendiri” (Amsal 1:18), artinya orang ini tengah berjalan menuju kematian sebab ia lupa bahwa Tuhan melihat dan mencatat perbuatannya.
Dalam Lukas 12:15 dikatakan: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu”.
Amsal 20:21 berbunyi: “Milik yang diperoleh dengan cepat pada mulanya, akhirnya tidak diberkati”.
Selanjutnya dalam 1 Timotius 6:10: “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka”.
Suatu hari kelak, Tuhan akan membuat perhitungan dengannya. Kalaupun sekarang Tuhan belum bertindak, itu dikarenakan Tuhan sabar dan sedang memberinya kesempatan untuk bertobat.
Hitler adalah contoh orang yang tamak atau kemaruk akan kekuasaan, pada zamannya ia ingin menguasai seluruh dunia dalam genggaman tangannya. Akan tetapi bagaimana akhir hidupnya? Ternyata Hitler bunuh diri dan semua hasil usahanya lepas dari genggaman tangannya. Tragis bukan?
Orang yang bijak adalah orang yang menerima porsi yang Tuhan telah tentukan baginya. Mari kita renungkan hal ini! Jika kita merasa bahwa ada jalan pintas yang terbuka, bertanyalah kepada Tuhan, “Apakah ini jalan-Mu, Tuhan?”. Jika bukan, tinggalkanlah jalan itu. Amin.
Jalan Tuhan seringkali bukanlah yang termudah,
Tetapi jalan yang memproses karakter dan iman kita menjadi semakin dewasa.