MELATIH KEPEKAAN PADA KEHENDAK TUHAN

Berfirmanlah Malaikat TUHAN kepadanya: “Apakah sebabnya engkau memukul keledaimu sampai tiga kali? Lihat, Aku keluar sebagai lawanmu, sebab jalan ini pada pemandangan-Ku menuju kepada kebinasaan. (Bilangan 22:32)

Suatu kali saya hendak berangkat menjemput anak saya pada jam-jam padat orang-orang yang pulang kerja. Seperti biasa saya menggunakan aplikasi Google Maps untuk memandu saya agar saya bisa sampai ke tempat tujuan dengan terhindar dari kemacetan.

Pada satu titik dimana saya harus memilih mengambil jalan yang biasa dilalui atau mengambil jalan alternatif – yang relatif lebih pendek – Google Maps menyarankan saya untuk mengambil jalan biasa, padahal saya lihat di depan saya, jalan raya tersebut sudah sangat padat (di aplikasi pun berwarna merah). Karena saya harus segera mengambil keputusan, maka saya membelokkan kendaraan ke jalan alternatif yang kelihatan lebih lenggang.

Dan benar, sekira seperempat perjalanan saya lalui dengan lancar – saya pikir saya sudah mengambil keputusan yang benar. Namun apa yang terjadi? Tiga perempat dari jalan alternatif tersebut mengalami kemacetan yang parah, penyebabnya adalah: Pertama, memang jalan alternatif tersebut agak sempit. Kedua, rupanya banyak juga orang-orang yang mengambil jalur tersebut. Dan ketiga, karena tidak adanya polisi atau orang yang mengatur lalu lintas disitu, maka pengguna jalan saling serobot – berebutan untuk lebih dulu keluar dari jalan itu – sehingga akhirnya saya terjebak dalam kemacetan panjang.

Dalam penyesalan yang mendalam – karena perjalanan yang ditempuh menjadi jauh lebih lama – saya merenungkan bahwa dalam kehidupan rohani kitapun seringkali mengalami hambatan, halangan atau pembelokan arah yang sepertinya tidak kita harapkan. Namun ternyata hal tersebut diijinkan Tuhan untuk kebaikan kita. Oleh karena itu, kita harus belajar peka pada pimpinan Tuhan.

Dari ayat diatas – atau secara keseluruhan kita dapat membacanya dari Bilangan 22:21-35, kita melihat bahwa Bileam ini tergiur oleh upah besar yang akan diberikan oleh Balak jika ia mau mengutuki bangsa Israel. Tuhan – yang melihat hati Bileam yang terdalam – mengetahui bahwa motivasinya itu dapat membawa Bileam pada kebinasaan, yang mana hal itu terbukti bahwa pada akhirnya Bileam mengajari Balak dengan siasat licik agar bangsa Israel berdosa kepada Tuhan dan akhirnya mendatangkan murka Tuhan atas mereka.

Seandainya Bileam belajar peka pada kehendak Tuhan yang telah memakai keledainya untuk menghindarkan dia dari pergi menuruti kehendak Balak, mungkin dia terhindar dari kesesatan dan kebinasaan.

Melalui kisah Bileam ini, mari kita introspeksi dengan diri kita sendiri. Jika saat ini sepertinya kehidupan yang kita jalani atau sesuatu yang kita kerjakan seolah-olah mengalami hambatan, atau sepertinya Tuhan mengarahkan kita ke arah yang tidak lazim, jangan kita ngomel-ngomel atau marah-marah dulu kepada Tuhan. Sebab mungkin keadaan yang sulit atau tidak menyenangkan itu, memang diijinkan Tuhan agar kita terluput dari situasi yang mencelakakan atau menjerumuskan kita dalam dosa.

Oleh karena itu, mari kita terus melatih kepekaan kita pada pimpinan dan kehendak Tuhan karena kita tahu bahwa Tuhan pasti membawa kita pada rancangan dan kehendakNya yang sempurna. Amin.

PEKA DAN TAAT PADA PIMPINAN TUHAN
PASTI MENJAUHKAN KITA DARI BAHAYA DAN KEBINASAAN.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *