Sejak kejatuhan manusia dalam dosa, penderitaan – seperti sakit penyakit, kebangkrutan, kegagalan, dan lain sebagainya – adalah suatu kondisi yang tidak akan pernah bisa kita hindari dalam hidup ini. Di tengah hal-hal demikian, kita juga pasti pernah bertanya-tanya akan kebaikan ataupun maksud Tuhan.
Ada penderitaan yang memang dampak dari kesalahan atau kebodohan kita sendiri. Misalnya tabrakan karena melanggar lalu lintas, dipecat karena sering menunda pekerjaan, sakit karena pola hidup yang semborono. Seringnya manusia melakukan kesalahan inilah yang mengakibatkan banyak orang Kristen selalu mengaitkan penderitaan dengan dosa atau kesalahan. Contoh dalam Alkitab yang kita bisa lihat adalah komentar dari teman-teman Ayub. Ada juga penderitaan yang diakibatkan oleh orang lain. Misalnya: rumah kerampokan, pembunuhan, tabrak lari dan sebagainya. Secara umum, pada kasus ini kita sudah menjaga diri dengan baik namun dosa atau kesalahan orang lain dapat memberi dampak yang buruk dalam kehidupan kita.
Tetapi ada juga penderitaan yang datang secara tiba-tiba tanpa diakibatkan oleh manusia, misalnya: gempa bumi atau tsunami. Apa yang dialami oleh Ayub termasuk dalam kategori ini. Orang yang dikenal saleh dan benar dalam hidupnya dalam sekejap mengalami penderitaan yang tidak dapat ia mengerti.
Dari sini kita dapat mengerti bahwa dosa memang mengakibatkan penderitaan tetapi penderitaan bukan selalu berasal dari kesalahan atau dosa yang telah kita perbuat. Segala perbuatan saleh kita tidak menjamin bahwa hidup kita akan baik-baik saja. Oleh sebab itu, pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah Tuhan benar-benar adil dan baik? Untuk apa kita perlu tetap hidup benar di hadapan Tuhan?
Mempertanyakan hal ini tidaklah salah, kita bisa lihat bahwa Ayub pun mempertanyakan hal itu di tengah pergumulannya. Namun jawaban Tuhan atas segala pertanyaan itu menariknya berkaitan dengan kepercayaan Ayub pada kedaulatan Tuhan. Tuhan bertanya apakah Ayub hadir ketika Tuhan menciptakan dunia? Apakah Ayub mengerti segala misteri dan keanehan yang ada di dunia? Pada akhir cerita, Tuhan mengembalikan segala milik Ayub, bahkan lebih, bukan karena tindakan Ayub yang benar dan dipuji oleh Tuhan, tetapi karena memang Tuhan tidak pernah merencanakan yang jahat bagi anak-anakNya.
Satu hal yang kita bisa pelajari adalah orang yang percaya sungguh kepada kebaikan dan kedaulatan Tuhan, selalu memiliki kekuatan dan pengharapan di dalam Tuhan di tengah penderitaan. Solusi terbaik dari sebuah penderitaan bukan kelepasan dari masalah, tetapi kekuatan di tengah penderitaan itu. Kita menjadi pribadi yang semakin bertumbuh, dan di tengah penderitaan itu kita masih tetap dapat bersukacita. Jika kita hanya selalu menuntut kelepasan dari masalah, maka kita tetap menderita di tengah masalah dan setelah itupun kita tidak akan menjadi pribadi yang lebih baik.
Kita tidak perlu tahu semuanya untuk dapat percaya pada-Nya. Agur bin Yake (Amsal 30), seorang yang penuh dengan hikmat dan kerendahan hati, masih mengalami pergumulan dengan ketidaktahuan tetapi ia menyerahkannya kepada Kristus Sang Pemilik Jawaban (bdk. Amsal 30:4, Yohanes 3:13).
Kita dipanggil bukan untuk mengetahui semua rahasia di dunia ini, tetapi untuk mengenal Dia, Sang Hikmat itu sendiri, Sang Bapa yang baik dan penuh kasih, yang tidak hanya tahu segala hal tentang kita, tetapi juga turun ke dunia untuk turut menderita bersama dengan kita, dan naik ke Surga untuk kita, dan mencurahkan Roh Kudus di dalam kita. Amin.
“Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”
(Yohanes 20:29b)