Ingin tahu karakter asli seseorang? Hadapkan dia dengan permasalahan. Perhatikan bagaimana sikap yang ia tunjukkan saat harus berhadapan atau menangani suatu masalah. Kita akan tahu apakah dia seorang pengikut Kristus memiliki integritas atau tidak.
Ada satu tokoh yang bisa kita teladani sikapnya, yaitu Daniel (Daniel 6:1-28). Pada suatu waktu para bawahan Daniel berkomplot untuk menjebaknya atas kesetiaannya kepada hukum Allahnya. Mereka mufakat untuk membujuk Raja Darius mengeluarkan sebuah ketetapan yang mereka tahu tidak akan bisa ditaati oleh Daniel dan tindakan ketidak-taatannya itu akan memaksa raja untuk menjatuhkan hukuman mati.
Daniel mendengar bahwa ketetapan itu telah diputuskan oleh raja, namun apa yang dilakukannya adalah Daniel pulang ke rumahnya dan berlutut, berdoa dan memuji Allah tiga kali sehari seperti yang biasa dilakukannya, walaupun resikonya dia akan dijatuhi hukuman mati. Tetapi Daniel tetap setia dan tidak berkompromi.
Akhirnya ditangkaplah Daniel lalu dilemparkan ke dalam gua singa. Pagi-pagi sekali ketika fajar menyingsing, bangunlah raja dan pergi dengan buru-buru ke gua singa; dan ketika ia sampai dekat gua itu, berserulah ia kepada Daniel dengan suara yang sayu. Berkatalah ia kepada Daniel: “Daniel, hamba Allah yang hidup, Allahmu yang kausembah dengan tekun, telah sanggupkah Ia melepaskan engkau dari singa-singa itu?” Lalu kata Daniel kepada raja: “Ya raja, kekallah hidupmu! Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan.” Lalu sangat sukacitalah raja dan ia memberi perintah, supaya Daniel ditarik dari dalam gua itu. Maka ditariklah Daniel dari dalam gua itu, dan tidak terdapat luka apa-apa padanya, karena ia percaya kepada Allahnya.
Pelajaran Alkitab yang kita dapat ambil melalui cerita Daniel ini adalah “Tetaplah setia, memuji Tuhan dan mengucap syukur dalam setiap keadaan, seburuk apapun keadaan itu”. Seorang pengikut Kristus sepatutnya memiliki gairah dalam dirinya untuk tetap memuji dan mengucap syukur dalam setiap keadaan, seburuk apa pun keadaan itu. Orang yang benar, adalah mereka yang kaya akan kemurahan Tuhan. Setidaknya, dalam suatu penantian panjang pun mereka bisa tetap bisa menikmati penyertaan Tuhan. Amin.
“Dalam segala keadaan, aku mau menggunakan perisai iman. Dengannya, aku akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat.”
(Efesus 6:16, insp)