Mungkin saudara pernah ikut/mengikuti perlombaan lari marathon entah waktu sekolah atau ikut kegiatan Tujuh Belas Agustusan di daerah saudara. Pada lomba lari marathon setiap peserta diberi kebebasan/diperbolehkan untuk memulai start sesuai keinginan sendiri, mau langsung speed dengan kecepatan tinggi atau mau start santai-santai saja, mengingat jarak yang ditempuh cukup jauh. Setiap peserta berhitung untuk mengukur stamina masing-masing sebab kalau tidak bisa kedodoran ditengah jalan.
Suatu ketika – pada waktu penulis mengikuti perlombaan seperti itu – kami mulai start dari Alun-Alun Banjaran dan finish di PT. BSTM (kurang lebih 15 Km). Hadiahnya cukup menarik untuk pemenang pertama sampai ke sepuluh: ada trophi, sekarung beras, uang tunai, juga bahan celana dan sarung samarinda. Pesertanya harus karyawan PT. BSTM dan peserta yang ikut saat itu kurang lebih 60 orang. Pada waktu start, penulis memulai dengan speed tinggi hingga 5 Km pertama penulis berada dalam posisi 5 besar, perasaan sangat bangga karena posisi pertama sampai ke lima dikawal sama motor. Dan kami dielu-elukan oleh penonton dipinggir jalan. Tapi penulis tidak sadar bahwa pada waktu start pertama penulis sudah menggunakan tenaga penuh sehingga setelah melewati 5 Km pertama, stamina penulis mulai kedodoran. Ternyata untuk menjadi juara bukan melulu keinginan atau ambisi semata, tapi harus ditopang oleh latihan yang intensif serta persiapan yang matang juga mental dan stamina.
Demikian juga halnya dalam mengikut Yesus. Dalam Matius 19:30. Tuhan Yesus berkata: Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.
Ada satu kisah dalam Alkitab yang ditulis oleh Rasul Paulus, kisah ini unik sebab hanya ditulis dalam 3 ayat saja. Kisah ini tentang seorang pelayan Tuhan yang bernama Demas. Dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose, Rasul Paulus memberi salam kepada jemaat di Kolose: “Salam kepadamu dari tabib Lukas yang kekasih dan dari Demas.” (Kolose 4:14). Dalam hal ini Rasul Paulus menyatakan bahwa tabib Lukas dan Demas adalah rekan sekerja Allah yang sangat dibanggakan.
Selanjutnya dalam surat Rasul Paulus kepada Filemon. Rasul Paulus masih mengakui bahwa Demas adalah rekan sekerja Allah: “dan dari Markus, Aristarkhus, Demas dan lukas, teman-teman sekerjaku.” (Filemon 1:24).
Tapi apa yang terjadi dalam surat Rasul Paulus yang kedua kepada Timotius: “karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Krekes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia.” (2 Timotius 4:10).
Dalam kisah ini, kita bisa menarik kesimpulan bahwa langkah pertama bukanlah yang menentukan. Demas pertama-tama sangat dikasihi oleh Rasul Paulus dan menjadi rekan sekerjanya yang sangat diandalkan. Tapi sejalan dengan waktu ternyata Demas meninggalkan pelayanan, karena dia lebih mencintai dunia ini. Sungguh sangat ironis di akhir cerita ini karena Demas hanya ditulis dalam 3 ayat saja dalam Alkitab.
Dalam kasus tersebut kita bisa mengambil pelajaran bahwa untuk dapat eksis dalam pelayanan, kita juga dituntut untuk tetap konsisten dan taat serta mempunyai iman yang teguh agar kita bisa mencapai garis akhir dan akan mendapat mahkota kehidupan.
Ternyata penghalang yang terbesar dalam pelayanan kepada Tuhan ialah “Cinta akan dunia”. Jangan melayani Tuhan karena emosi sesaat, atau dalam rangka “Pupujieun”. Melayani Tuhan harus dengan motivasi yang benar dihadapan Tuhan.
Filipi 3:13b-14, “Aku melupakan apa yang telah dibelakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang ada dihadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” Amin.
JANGAN SAMPAI “CINTA AKAN DUNIA” MENYURUTKAN PELAYANAN KITA DI TENGAH JALAN.