Mazmur 23
Pada jaman dahulu, surat adalah sarana yang digunakan untuk membangun atau menjaga relasi dengan keluarga, pacar atau teman. Untuk pesan kita tersebut sampai, terkadang membutuhkan waktu berhari-hari. Namun berbeda dengan jaman sekarang, dimana berkembangnya teknologi menjadikan semuanya nampak begitu mudah dilakukan. Jarak tidak lagi menjadi persoalan berarti untuk berkomunikasi dan membangun relasi. Tetapi benarkah demikian? Realitanya ternyata perkembangan teknologi yang terjadi tidak sepenuhnya membuat semuanya menjadi benar-benar mudah dan tidak membuat relasi otomatis menjadi lebih indah. Bukankah kita melihat realita hidup pernikahan orang jaman sekarang tidak lebih indah dan lebih baik meskipun mungkin semua kemajuan teknologi itu mempermudah komunikasi kita? Bukankah perselingkuhan, perzinahan dan perceraian justru jauh lebih banyak di tengah semua kecanggihan alat komunikasi yang ada?
Perkembangan teknologi membuat kita hari ini bisa memasang GPS di kendaraan kita, memasang kamera CCTV di rumah atau kantor dan sebagainya. Sayangnya semua itu tidak bisa menghalangi rekan kerja kita menusuk dan memfitnah kita dari belakang; kecanggihan teknologi ternyata tidak bisa melindungi kita dari hati yang iri dan dengki dari rekan bisnis kita. Kemajuan teknologi dalam dunia kedokteran mungkin bisa mendeteksi penyakit sedini mungkin, tetapi tidak bisa mencegah penyakit itu datang kepada kita dan tetap tidak bisa mencegah kematian menghampiri setiap kita. Kalau begitu, maka kesimpulannya adalah bahwa sejak dari dahulu sampai sekarang, kehidupan memang penuh dengan warna-warna kesulitan. Pertanyaanya, apakah kita dan anak-anak kita siap untuk menghadapi dan menjalani hidup yang memang akan selalu penuh dengan kesulitan? Saya berharap waktu demi waktu yang telah kita lewati mengajarkan kepada kita dan membuat kita bersiap diri bahwa hidup kita ke depan tidak akan lebih lancar, lebih indah dan lebih mudah daripada sebelumnya. Ketika kita tidak pernah bersiap hati untuk menghadapi hal-hal yang tidak terduga, menghadapi gelora dan badai dalam hidup, maka kita akan terus tinggal di dalam pusaran pertanyaan “Kenapa hal ini terjadi kepadaku?”
Saudara, apa yang menjadi waktu terburuk dalam hidup kita hari ini? Mengalami kebangkrutan? Kehilangan pekerjaan? Ditipu oleh rekan bisnis? Kehilangan orang yang kita kasihi? Saya pikir setiap orang pernah mengalaminya dan atau akan mengalami “waktu terburuk” di dalam hidupnya. Karena itu, mari kita bersiap diri untuk momen seperti itu yang bisa datang kapan saja dalam hidup ini. Satu hal yang harus kita ingatkan kepada diri kita sendiri, ketika kita merasa tidak sanggup untuk teguh berdiri dan berjalan maju, ingatlah bahwa Gembala yang baik ada di depan untuk menuntun kita. Bersyukur kepada Tuhan, sebab Alkitab memberikan kepada kita janji dan kekuatan untuk mempersiapkan hati kita menghadapi momen-momen seperti itu, yang bisa datang kapan saja di dalam hidup kita.
Dikatakan dalam Mazmur 23, yang ditulis oleh raja Daud, yang berkali-kali mengalami “waktu terburuk” dalam hidupnya, yaitu bahwa Allah memimpinnya di padang rumput yang hijau. Hanya saja, ada kalanya di dalam perjalanan menuju ke tempat tersebut, kita mengalami suatu kondisi yang tidak bisa kita hindari. Kita harus berhadapan dengan hari, dimana awan gelap itu tiba kepada kita. Lembah yang tadinya indah, seketika berubah menjadi gelap, menjadi lembah bayang-bayang maut. Suasana yang pada mulanya nampak menyenangkan, berubah menjadi begitu menakutkan. Bahkan cahaya matahari yang tadinya begitu terang, dengan segera hilang dan tertutup kabut yang tebal, sehingga pandangan mata kita menjadi begitu terbatas untuk melihat hari depan.
Luar biasa, karena di tengah pengalaman pahit yang datang dalam hidupnya, Daud bisa berkata, “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya sebab Engkau besertaku. Gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku…” (Mazmur 23:4). Daud menggunakan kata “sekalipun”, sehingga kita menjadi paham bahwa meskipun dirinya tidak bisa merubah kenyataan atau realita yang ada, namun Daud menunjukkan betapa Daud dapat menerima apa yang terjadi dalam hidupnya. Ini teladan yang patut kita contoh dari Daud. Bukankah hidup kita akan semakin berat dan sulit apabila kita tidak mau menerima kenyataan yang terjadi dalam hidup kita? Bukankah kita akan semakin sulit untuk melangkah dan berjalan maju jikalau kita terus bertanya-tanya, mengapa hal itu terjadi kepada kita?
Karena itu, jangan menghindar ketika Tuhan memproses kita melewati lembah kekelaman atau apapun, karena kita tahu bahwa Tuhan senantiasa memimpin dan menyertai kita sejak dari awal sampai akhir. Dan percayalah bahwa segala sesuatunya adalah proses yang membentuk kita agar menjadi semakin indah pada akhirnya dan semakin mengenal Tuhan. Ingatkan kepada diri kita, bahwa kita ini adalah buatan Allah dan bahwa Tuhan tidak pernah dengan sengaja merancangkan supaya kita celaka, hancur, dan binasa dalam proses. So, jangan kecewa dan lari dari proses, karena itu berarti kita akan menjadi pribadi yang lebih indah ketika berhasil melewati proses tersebut. Amin.
Percayalah, Tuhan memimpin dan menyertai kita dari awal sampai akhir.