Dalam kehidupan saat ini banyak orang yang kehilangan pegangan. Mereka kehilangan jati diri sebagai seorang Kristen, bahkan banyak anak-anak Tuhan yang mulai mengalami kegelisahan dalam menjalani kehidupannya. Bukan lagi berfokus dengan pemahaman akan Tuhan, tetapi justru melahirkan banyak tanda tanya disetiap aspek kehidupan. Pola pikir bahkan kondisi emosional seperti itu sangat berdampak pada stabilitas spiritual yang mereka miliki dan dari kasus ini artinya hal yang kita jadikan pegangan bukanlah andalan yang kuat dalam kehidupan kita.
Dalam Matius 8:23-27, dikisahkan Tuhan Yesus naik ke perahu dan murid-muridNya mengikuti Tuhan Yesus, tetapi di tengah perjalanan kehidupan iman mereka diuji dan ternyata hampir semua dari mereka ternyata tidak memahami siapa Tuhan dalam hidup mereka, padahal mereka selalu hidup bersama dengan Tuhan Yesus, diajar dan mengalami banyak mujizat yang dibuat Tuhan Yesus.
Mereka mengalami kegelisahan yang diakibatkan ketakutan akan ancaman kematian. Situasi dimana mereka tertekan dengan gelombang air karena badai yang terjadi. Meskipun mereka berjuang menyelamatkan perahu tersebut dengan berbagai cara, di sisi lain Yesus tertidur di buritan kapal. Saya berpikir Yesus tidak benar-benar tertidur, karena Dia adalah pribadi yang sangat berfokus untuk manusia, tetapi Dia hanya berdiam dan menunggu murid-muridNya datang kepada-Nya.
Artinya Tuhan Yesus tidak pernah mau memaksakan cara-Nya kepada kita. Dia akan bergerak saat kita mengajak Tuhan hadir dalam kehidupan kita “Hai yang letih lesu dan berbeban berat marilah datang kepadaKu, Aku akan memberi kelegaan” ini salah satu harapan Tuhan dalam kehidupan kita. Nah, di kisah itu akhirnya Tuhan menyatakan kemahakuasaan-Nya dan murid-murid-Nya ternyata tidak menyadari hal tersebut.
Dari kisah ini kita belajar dan coba merenungkan kehidupan kita. Seberapa jauh kita menaruh hidup dalam kepercayaan iman yang sejati dengan Tuhan? Saat terjadi kemustahilan, apakah kita meyakini justru akan terjadi ketidak-mustahilan dalam kehidupan kita? Contoh, jika kita divonis tidak mungkin sembuh dari sebuah penyakit, tetapi hati kita percaya bahwa kita mengalami kesembuhan atau disaat menghadapi hutang yang sangat besar dan kita yakin Tuhan sanggup membuat nihil semua hutang kita, maka itulah iman sejati.
Dari pengalaman iman ini, kita sedang membuat sebuah lukisan bersama dengan Tuhan. Lukisan itu sangat rumit dan membutuhkan waktu dalam seluruh kehidupan kita dan perlu diketahui lukisan ini tidak pernah dapat kita selesaikan. Mungkin kita hanya bisa mencapai 99% dan 1%-nya diselesaikan oleh Tuhan Yesus disaat kita menghembuskan nafas terakhir. Nah, lukisan ini akan dinilai harganya oleh Tuhan Yesus: Mahal , murah atau tidak ada harganya sama sekali. Dan orang-orang disekitar kita juga akan merasakan keindahan lukisan yang kita buat. Mereka bisa sangat menikmati atau memandang dengan sebelah mata dengan lukisan yang kita buat.
Bagaimana dengan kehidupan iman kita? Mari kita bersama-sama meyakini setiap kemustahilan itu menjadi tidak mustahil dalam kehidupan kita dengan Tuhan. Jika kita membangun pengenalan akan firman dan komunikasi kita dengan Tuhan secara pribadi serta hati yang rela dibentuk dalam kerendahan hati. Amin.
Iman yang sejati meyakini bahwa
kemustahilan dapat diubah Tuhan menjadi ketidak-mustahilan.