“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” Mazmur 139:23-24 TB.
Ketika saya membaca ayat diatas, saya bertanya kepada diri sendiri: “Hal apakah yang seringkali membuat saya sulit untuk jujur dan terbuka kepada orang lain?” Ketika saya merenungkannya, saya ternyata sulit untuk jujur dan terbuka kepada orang lain ketika saya tidak percaya kepada orang itu, bahkan saya sulit untuk jujur ketika saya melakukan kesalahan bahkan berusaha untuk menutupinya. Jujur dan terbuka kepada orang lain ternyata dimulai dari jujur dan terbuka kepada Tuhan dan diri kita sendiri. Tidak jujur dengan pikiran dan perasaan kita, membuat kita jadi orang yang berbelit-belit. Ketidakjujuran yang didasari oleh rasa penolakan untuk menerima kebenaran yang ada, membuat kita berputar, berbelok; menggunakan berbagai alasan untuk menghindar maupun menutupi diri.
Ayat diatas membuat saya kembali untuk merenungkan bagaimana saya harus sungguh-sungguh jujur dan terbuka kepada Tuhan. Tuhan yang saya kenal adalah Tuhan yang Maha Tahu. Ia tahu gerak langkah kita, Ia tahu apa yang kita lakukan dari waktu ke waktu, Ia tahu keadaan kita, bahkan dalam berbagai musim kehidupan yang berubah-ubah. Ia tahu sikap kita terhadap berbagai hal, seperti: bagaimana kita menilai dan menggunakan waktu, bersikap terhadap uang, karier kita, bahkan image diri. Ia juga tahu pikiran, perasaan, intuisi, memori dan hasrat kita. Ketika kita menyadari semua implikasi kemahatahuan Allah, bagaimana respon kita?
Mungkin kita berpikir, “Tuhan itu Maha Tahu, jadi untuk apa saya cerita?” Sebenarnya waktu kita bercerita kepada Tuhan apa adanya, kita sedang membangun hubungan, rasa percaya, dan kedekatan denganNya. Penerimaan Tuhan yang tanpa syarat menuntun kita untuk menerima diri kita sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihan kita. Dampak lainnya, membuat kita lebih mudah menerima orang lain yang jujur dan terbuka kepada kita, karena kalau kita tidak pernah menyelami diri sendiri, kita bisa menjadi sombong ketika menemukan kelemahan orang lain. Pada akhirnya, jujur dan terbuka pada Tuhan dan diri sendiri akan mendorong kita berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
Di akhir Mazmur 139, Pemazmur diatas menutupnya dengan permohonan pribadi kepada Allah (Mazmur 139:23-24): selidikilah, ujilah, kenallah, lihatlah dan tuntunlah. Kejujuran dan keterbukaan Daud kepada Tuhan, dia ungkapkan dengan meminta Tuhan untuk menyelidiki dan menyelami hatinya. Dia juga meminta Tuhan menguji dan mengetahui pikirannya. Biar Tuhan yang lihat, apa yang ada di sana dan pada akhirnya Daud ingin agar Tuhan yang membimbing dia di jalan yang kekal. Amin.
“Marilah kita belajar untuk mau jujur dan terbuka kepada Tuhan”