Ratapan 3:39-41
Kitab Ratapan mengisahkan keadaan bangsa Israel yang telah mengalami pembuangan ke Babel akibat dosa-dosa mereka. Pengalaman tersebut tentu sangat menyedihkan dan menakutkan, sehingga mereka mengeluh atas keadaan tersebut dan meratapi nasib buruk yang mereka alami.
Nabi Yeremia – yang juga ada dalam situasi tersebut – tidak serta merta larut dalam kesedihan dan keluh kesah karena hal itu, sebaliknya ia mengingatkan bangsanya bahwa semua itu terjadi karena dosa-dosa mereka sendiri. Yeremia menegaskan daripada mereka berkeluh kesah atas malapetaka dan kesulitan yang mereka alami, lebih baik mereka menangisi dosa dan kejahatan mereka, serta berbalik kepada Tuhan untuk memohon ampunan-Nya.
Saat-saat ini – setelah hampir 8 bulan kita mengalami pandemi virus Corona secara global – mungkin kita menjerit dan berkeluh kesah karena kondisi sulit saat ini: Lesunya perekonomian yang berimbas pada penurunan pendapatan. Kekuatiran terhadap penularan virus membuat kita tidak bisa beraktifitas sebagaimana biasa. Adaptasi pembelajaran jarak jauh bagi keluarga-keluarga yang masih mempunyai anak usia sekolah menambah tingkat stres dan depresi kepada sebagian orang dan kita semua tidak tahu kapan hal ini akan segera berakhir.
Namun di saat-saat sulit ini, kita mendapati bahwa ternyata hal itu tidak menyurutkan orang untuk berbuat dosa. Ada saja orang yang memanfaatkan keadaan sekarang ini untuk menipu, korupsi, tidak jujur dalam bisnisnya. Dosa lainnya seperti penyimpangan seksual, perselingkuhan dan seks bebas tetap saja dilakukan oleh orang-orang yang mengejar kenikmatan sesaat dan tentunya masih banyak hal lain yang dapat didaftarkan disini untuk menunjukkan bahwa ternyata situasi pandemi ini tidak sepenuhnya menyadarkan orang-orang untuk bertobat dan hidup dalam kebenaran.
Pesan dari nabi Yeremia dalam ayat-ayat diatas, hendak mengingatkan kita untuk selalu introspeksi diri dan berpaling kembali kepada Tuhan. Ketika kita mengalami suatu musibah – baik secara pribadi maupun secara komunitas – mungkin Tuhan mengijinkan semua itu terjadi untuk menyadarkan kita akan dosa-dosa kita dan supaya kita bertobat kembali.
Janganlah kita hanya mengeluhkan keadaan yang sedang terjadi. Keadaan buruk yang kita alami seringkali bertujuan untuk mendatangkan keselamatan kekal bagi kita seperti yang dikatakan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus “…sekarang aku bersukacita, bukan karena kamu telah berdukacita, melainkan karena dukacitamu membuat kamu bertobat… Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian”. (2 Korintus 7:8-10).
Melalui situasi yang sulit Tuhan berikan kesempatan untuk kita bertobat dan memperbaiki hidup kita. Jadi, jangan sia-siakan kesempatan itu. Amin.
Bersyukurlah jika Tuhan masih memberi kita “jeweran” saat ini,
Supaya kita mendapat bagian dalam kekudusanNya kelak