JANGAN MELIRIK LAGI TANAH MESIR

Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (Lukas 9:26)

Majalah dwi-bulanan politik, ekonomi, integrasi dan ide global Amerika: Foreign Policy yang terbit pada bulan April 2020 menyajikan berita mengenai: Prediksi dari 12 pemikir terkemuka dunia mengenai tatanan global setelah berlalunya pandemi. Isi berita tersebut memberitahukan kepada pembacanya mengenai perkiraan mereka akan perubahan dunia di segala bidang, termasuk bidang ekonomi. Salah seorang dari 12 pemikir dunia ini mengatakan bahwa: “Saat ini kita menuju dunia yang lebih miskin; lebih kejam dan lebih kecil”, yang artinya kita semua ke depan akan menerima dan mengalami dampak yang tidak baik (bahkan kejam) dalam berbagai bidang kehidupan. Hal ini terjadi akibat semakin berkurangnya kesempatan untuk dapat maju, merasa aman dan kesempatan untuk hidup sebaik dulu, karena kondisi kehidupan tidak akan bisa sama lagi seperti kondisi sebelum adanya pandemi ini. Kondisi tersebut diprediksi akan membuat perilaku negara-negara dan orang-orang yang harus bertahan hidup menjadi semakin egois karena harus bekerja semakin keras.

Bagi yang membaca kabar tersebut, tentu kita akan merasa kecut hati dan punya kegentaran tersendiri, mengingat bahwa krisis kali ini merupakan krisis global yang terjadi di semua belahan dunia. Dan yang terberatnya adalah: Tidak ada seorangpun yang bisa membaca bagaimana situasi ke depan, bahkan para pemikir duniapun hanya bisa memprediksikannya saja. Beberapa hari yang lalu ada kesaksian dari seorang hamba Tuhan mengenai seorang temannya yang telah berkecimpung di dalam dunia bisnis selama 40 tahun, pengusaha tersebut curhat kepada hamba Tuhan ini dan menyatakan rasa takutnya menghadapi masa depan yang sama sekali ia tidak dapat ‘membacanya’ akan seperti apa dan kemana arah bisnisnya harus dijalankan. Selama 40 tahun pengusaha tersebut hampir selalu dapat ‘membaca’ situasi dan peluang bagi bisnisnya. Tetapi menghadapi situasi saat ini, ia merasa takut untuk melihat kondisi dunia bisnis di depan, di mana saat inipun hampir semua pebisnis berjuang untuk mengambil setiap peluang yang ada – sekecil apapun – untuk bertahan hidup. Akibatnya persaingan dalam bisnis menjadi semakin ketat karena hampir semua orang berdagang. Kondisi seperti ini kita bisa lihat secara nyata dalam kehidupan hari-hari ini, di mana begitu banyak orang (istilahnya) membuka PO – khususnya di bidang makanan – dan para pelaku usaha juga semakin beragam, mulai dari ibu rumah tangga, sampai para pengusaha besar, bahkan sampai ada beberapa rohaniwan juga ada yang ikut berbisnis daring (belanja Online). Padahal dulunya bisnis daring ini kebanyakan dikerjakan oleh orang-orang yang dianggap banyak waktu (seperti para ibu rumah tangga yang tidak bekerja di luar rumah atau membuka toko, agar bisa mendapat income tambahan sambil mengasuh anak) dan dikerjakan oleh orang-orang yang merasa tidak mampu untuk bekerja keras memakai tenaga maupun pikiran dikarenakan terganggunya kesehatan.

Situasi dan kondisi kehidupan yang semakin berat dan terasa ‘gelap’ bagi kita yang terjadi sebagai dampak dari pandemi mendadak ini, seolah membuat kita semua ‘digiring’ ke dunia yang asing, seperti dalam kisah keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir. Bangsa Israel seolah-olah ‘digiring’ secara mendadak dan terburu-buru oleh Tuhan untuk keluar dari tanah perbudakan Mesir (Keluaran 12:29-34) untuk menjadi suatu bangsa yang dimerdekakan dari penjajahan. Suatu bangsa yang akan mengenal, menyembah dan menjadi umat kepunyaan Allah, tanpa sempat mendengar Firman Allah tentang situasi dan kondisi yang akan mereka hadapi, sehingga di dalam kisah perjalanan menuju tanah Kanaan, banyak dari mereka yang kembali melirik tanah Mesir dan ingin kembali ke Mesir; tempat mereka menjadi budak sebab mereka merasa kenyataan hidup yang begitu berat dan ‘gelap’ dan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan di padang gurun tersebut.

Bagi kita yang saat inipun mengalami apa yang pernah terjadi pada bangsa Israel pada waktu mereka keluar dari tanah Mesir yang merasa segalanya menjadi berubah ke arah yang lebih berat dan ‘gelap’secara tiba-tiba, jangan sampai kitapun kembali melirik tanah Mesir yang biasa digambarkan sebagai ‘kembali ke tempat keberdosaan’ yang mungkin bisa kita lakukan secara sadar dalam berjuang menghadapi situasi dan kondisi saat ini, terlebih bila situasi dan kondisi di depan kita semakin memburuk. Kalau bangsa Israel yang ketika itu melirik kembali tanah Mesir dan ingin kembali ke tanah perbudakan mereka, hal itu mungkin bisa dianggap maklum, karena saat itu mereka belum mengenal Allahnya secara benar. Tetapi bagi kita yang telah mengenal Tuhan Yesus dan yang telah menikmati indahnya persekutuan denganNya dan melakukan banyak pelayanan (yang biasa suka diibaratkan dengan ‘bekerja atau membajak’ di ladang Tuhan). Jika kita kembali melirik tanah Mesir, Iblis akan memberi dorongan kepada kita untuk kita mau melangkah kembali ke tanah perbudakan dosa. Bukankah tujuan Iblis adalah selalu mencari kesempatan untuk bisa ‘menelan’ anak-anak Tuhan yang membuka celah bagi dosa? (1 Petrus 5:8) dan tentunya hal itu tidak layak (berkenan) kepadaNya. Konsekuensi dari ketidakberkenanan kita, maka kita yang sudah diselamatkan melalui pengorbanan darahNya yang sangat mahal, tidak akan mendapat berkat yang sesungguhnya.

Berkat yang ditawarkan dunia memang sering kali menggiurkan, terlebih pada saat ini dimana setiap orang sedang menghadapi situasi yang ambigu dan menakutkan. Tetapi mari kita tetap fokus memandang pada Tuhan Yesus yang akan memberi kekuatan pada kita untuk kita tetap berjuang di jalan kebenaran agar kita selalu berkenan kepada-Nya dan akan menerima berkat yang sesungguhnya, berkat yang tidak akan membuat kita dan keluarga kita binasa. Jika dalam perjuangan kita, kita mungkin merasa takut dan lelah, datanglah pada Tuhan Yesus yang menjanjikan akan memberi kelegaan dan kesegaran iman yang baru bagi mereka yang mau datang kepada-Nya. Jika dalam perjuangan kita mengalami keputusasaan karena tidak bisa melihat jalan keluar, bahkan orang terdekatpun tidak bisa diandalkan untuk bekerja sama, Dia adalah Terang dunia, tidak ada yang tersembunyi di hadapanNya, mintalah hikmatNya; mintalah penyertaanNya, Dia pasti akan menolong perjuangan anak-anakNya yang mau selalu hidup berkenan kepadaNya.

Marthin Luther King Jr. pernah memberi semangat kepada para pengikutnya pada waktu mereka memperjuangkan persamaan hak kulit hitam di Amerika: “Dalam perjuangan seberat apapun, jika kamu tidak bisa terbang, maka larilah. Jika kamu tidak bisa berlari, berjalanlah. Tetapi kalau berjalanpun kamu tidak bisa, maka merangkaklah. Apapun yang kamu lakukan, kamu harus terus bergerak maju!” Sekecil apapun kekuatan yang kita miliki saat ini, tetaplah pandang Tuhan Yesus yang telah menerima segala kuasa di sorga dan di bumi dari Bapa (Matius 28:18) dan teruslah maju, jangan melirik kembali tanah Mesir.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *