Inilah orang-orang propinsi Yehuda yang berangkat pulang dari pembuangan, yakni para tawanan, yang dahulu diangkut ke Babel oleh Nebukadnezar, raja Babel, dan yang kembali ke Yerusalem dan ke Yehuda, masing-masing ke kotanya. Ezra 2:1
Pernahkah suadara berada di suatu tempat yang tidak saudara harapkan? Bagaimana perasaan saudara dan apa yang saudara harapkan saat itu? Tentu saudara ingin segera kembali ke tempat yang saudara inginkan atau kembali ke tempat yang seharusnya, bukan?
Inilah yang terjadi terhadap bangsa pilihan Allah ketika mereka harus mengalami pembuangan ke Babel, di zaman raja Nebukadnezar. Pembuangan yang dialami bangsa pilihan Allah ini merupakan gambaran tentang dislokasi atau “tempat yang keliru”. Babel bukanlah tempat yang seharusnya bagi umat Allah, karena tempat yang menjadi rencana Allah dan merupakan tempat yang seharusnya adalah Tanah Kanaan. Namun oleh karena dosa, kejahatan dan pelanggaran bangsa pilihan Allah sendiri yang pada akhirnya membuat Allah harus membawa mereka ke dalam pembuangan di Babel.
Pernahkah saudara mengalami dislokasi? Misalnya karir yang tidak tepat, sekolah yang tidak sesuai, pergaulan dengan kelompok atau komunitas yang tidak baik, atau pelayanan dan panggilan hidup yang salah. Dislokasi merupakan hal yang mungkin dapat di alami setiap orang. Pada saat kita mengalami dislokasi, maka tidak ada cara yang lebih baik, kecuali kembali kepada jalur yang sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan. Jika saat ini kita adalah orang-orang yang sedang mengalami dislokasi, percayalah bahwa tidak ada kata terlambat untuk kita kembali ke jalur yang sesuai dengan rencana Allah atas hidup kita.
Dislokasi, terkadang juga terjadi karena tekanan, masalah kehidupan atau keadaan yang kita rasa jauh dari kenyamanan. Satu hal yang seringkali dirasakan oleh orang-orang yang sedang berada di tempat yang asing atau tempat yang salah, seringkali yang terjadi adalah merasa sulit untuk berharap (hopeless). Kita merasa bahwa jalan di depan kita adalah jalan buntu, dan sepertinya keputusasaanlah yang pada akhirnya keluar sebagai pemenang. Bahkan mungkin kita mulai berasumsi tentang Tuhan dan menilai bahwa Tuhan telah berbuat yang tidak patut kepada kita. Kita merasa bahwa ketika kita mengalami dislokasi atau berada di tempat yang keliru, maka itu artinya Tuhan telah meninggalkan kita. Hmm, benarkah Tuhan meninggalkan kita?
Dari Ezra 2:1-70, maka kita sesungguhnya dapat belajar tentang satu hal, yaitu bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya, karena Tuhan tidak akan pernah sekalipun mengingkari janji-Nya. Kesetiaan Tuhan terhadap janji-Nya merupakan garansi yang pasti. Lihatlah, Allah berkata bahwa umatNya akan dibuang ke Babel selama 70 tahun, namun setelah masa itu berakhir, Allah pun membawa umatNya kembali ke tempat yang seharusnya. Dan itu Allah genapi (Ezra 2:1), ketika dikatakan bahwa masing-masing kembali ke kotanya.
Kisah bangsa Israel ini mengingatkan kepada kita, bahwa kita mungkin saja mengalami dislokasi atau berada di tempat yang keliru, namun percayalah bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Dalam kesetiaan-Nya, Tuhan akan selalu menyertai dan memelihara kita. Pada waktu-Nya, Tuhan akan menyediakan jalan keluar dan put everything back in it’s place. Beban hidup membunuh pengharapan, tetapi Tuhan tidak pernah membiarkan anak-anak-Nya jatuh tergeletak. Amin.